Kategori

Thursday, April 28, 2011

Tingkah prasangka.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Tingkah prasangka.
Selasa, August 11, 2009 jam 1:16pm

aku membiru dilangit.
pedang kilat tak menggoresku.
aku melawan hujan deras.
badai air tak membasahiku.
ak renta disini.
lapuk oleh lukisan lukisanmu yang menghitam.
lautan prasangkamu membuat mimpi dipikirmu tentangku.
aku makhluk kecil menurut ucapmu.
hilang seiring besar keangkuhanmu.
aku tak mendendam, aku tak membangga.
langit pernah menawariku tempat yg teramat tinggi.
tp aku enggan terbang.
aku tak pantas, bukan begitu pikirmu.
aku jugg ingat tanah dan bumi menolakku juga karena prasangkamu.
lalu ditengah tengahkah aku?.
pohon dan ranting liukanmu penuh getah benalu lapar,hisaplah.
aku tak akan tertawa atau menangis.
apa aku boleh tersenyum dan diam? ak memohon.
lentera tak akan hidup bila tak dibakar.
demikian pula api akan mati karna tiupanmu.
apa kau pencipta sgala? ak tak ragu, hanya mempertanyakan.
kupas kulit ari sebuah paradigma harus menurut prasangka bukan?.
sperti lebel jaman yg pernah ditanam sejarah yang terpetakan.
tak ada kejutan disini, tak ada surprise yang mencengangkan.
aku pernah melihat sosok dilukisan bergaya realis, tapi untuk abstrak apakah obyektif mataku.
ya, pada angin ak pernah menghirup.
bau kentut dari mulutmu.
wangi petuah dari bokong dan ketiakmu.
seperti apa yang biasa aku pertanyakan tentang keputusan mimpimu.
permainkan saja, tertawalah.
denting jam tak scepat detak perutku mencari lapar.
ini busung bukan buncit,ini tai kucing bukan roti persepsimu.
kadang aku bertanya padamu, tapi lebih banyak pasrah dan meng-iya.
aku budakmu, budak mimpimu yang mempermainkanku.
ak asumsimu.
bicara pada seutas tali yang melilit durja.
nafasku tersengal.
apa aku harus menyebut namamu berulang? cukupkah matiku.
aku pernah tergopoh menjilat pipismu.
ak jugg pernah menebar gula di namamu.
tak tau hargakah aku bila bosan matamu berkedip.
memang dunia berputar tak secepat gangsingmu.
aku punya gengsi seperti ayam punya jalu.
tapi apakah cukup bila aku makluk penyujud?
tinggi itu biarlah tinggi.
aku kebal terpental, aku bosan terinjak.
balik saja kaki menjadi kepalaku biar membesar angkuhmu.
sudah kubilang aku debu ditengah topanmu.

No comments:

Post a Comment

Yang rajin ditengok rakyat syair :

Tulisan