Kategori

Saturday, April 30, 2011

Supaya rasa tak besar kepala

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Supaya rasa tak besar kepala
Senèn, November 8, 2010 jam 12:56pm


Masalah hati,
hanya masalah pikir yang mengenal luka,
yang berbumbu iri, marah dan nestapa.
Maka aku ambil dua gelas kedap rasa,
dan lalunya aku pisah pisah supaya rasa tak besar kepala,
dan bila rasa masih tak mau dibatas karnanya,
aku dekat hingga dekap kuping rasa, kubisikan; "aku ingin sadar nyata, jauh dari mimpi masalah hati yang merona, walau indah aku tega: nyata".

Berakhir dikata entah

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian


Berakhir dikata entah
 Senèn, November 8, 2010 jam 9:55pm


Dengarkan ramalanku,
disaat negriku dirundung tak tahu malu,
oleh benalu benalu yang mengaku setanah air denganku,

tentang air, api, hutan dan perbincangan,
lalu logam, tanah menjadi menggiurkan,

tatap ibu pertiwi ini sekali lagi,
lalu anggukan wajahmu berani,
tak perlu mimpi,
pun dengan puji,

tak usah teriakan Tuhan,
masalah surga tuan,
terlalu banyak amal perawan,
bukan doa doa melainkan turun tangan,

janji sebait karang,
mengepal tangan berang,
lalu bicara kutang,
sangat lantang,

anak anak negri ini anakmu,
susui dari payudara payudara lakumu,
dendam kian memicu,
lalu neraka muncul dari buah tanganmu,

terimalah karna ulah tak berubah,
memanut dan terpanut kebawah,
mencipta siklus siklus sampah,
berakhir di kata entah.

Seniman Adalah Penyusun yang Menjadikanya Harus Bisa Berdiri Sebagai Individu yang Esa Dengan Berusaha Mengkondisikan Dirinya pada Titik Kejujuran akan Sebagaimana Dirinya yang Lalu dengan Sadar Menempatkan Dirinya Sebagai Penyusun Semesta dengan Kesubyektivitasanya yang Angkuh dan Tegas hingga Berbeda Nyata

          Seni dalam bahasa Sanskerta disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistic. Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.
          Dari sana saya memandang seni adalah murni buah karya pribadi yang abstrak dan outentik. Hal ini meletakan esensi seni sebagai buah karya perwujudan kesubyektivitasan yang coba diekspresikan sesorang mengenai obyek realita yang dialami seseorang. Manusia hidup dalam symbol, yang menyebabkan dunia ini penuh dengan subyektivitas. Semua bentuk komunikasi antar manusia dalah subyektif. Bahkan, sains yang merupakan ilmu pasti pun tetap saja subyektif. Sains baru bisa dibilang objektif bila mengikuti perjanjian yang berlaku secara internasional. Kesubyektifan seringkali menjerumuskan manusia dalam kesalahpahaman atau mungkin ketidaktepatan penilaian, perbedaan persepsi, atau apalah namanya. Apalagi mengenai hal-hal yang tidak ada perjanjiannya alias hal-hal non sains. Hal itu disebabkan oleh adanya perbedaan pengartian symbol oleh individu yang satu dengan yang lain. Intinya, kedua individu tersebut memiliki pengertian yang berbeda terhadap hal yang dibicarakan walaupun obyek yang dituju adalah sama persis.
          Dengan begitu esensi seni menurut saya harus menjadi suatu bentuk ekspresi yang tunggal. Setiap individu harus dengan jelas – jelas berbeda nyata. Seni adalah esa. Seni harus menempatkan dirinya sebagai pembeda antar individu. Dengan kata lain cara pandang dan ekspresi seni individulah yang membuat individu ini berbeda atau esa. Orang awam biasa menyebut kata “selera”, “kegemaran”, “ciri khas” dan lain sebagainya untuk memberi symbol pada suatu individu lain (obyek subyektivitas). Dengan kata lain individu obyek mendapatkan pengakuan keberadaanya dari individu subyek karena seni otentik yang diekspresikan individu obyek pada apa dan dimana saja. Maka dari itu baik penulis, sastrawan, penyair ataupun filsuf mendapatkan dan menempatkan kebersenianya karena ke-esa-anya dalam ber-seni seutuhnya.
         Dari sana secara esensi yang sehakikinya menempatkan seni sebagai rumah, sebagai jati diri dan akhirnya sebagai diri itu sendiri yang seutuhnya. Saya memandang bahwa semesta bagi seniman adalah diri pribadinya yang menyeluruh dan sejujur – jujurnya yang menjadi setitik warna bagi kehidupan yang warna – warni di atasnya. Seniman adalah penyusun yang menjadikanya harus bisa berdiri sebagai individu yang esa dengan berusaha mengkondisikan dirinya pada titik kejujuran akan sebagaimana dirinya yang lalu dengan sadar menempatkan dirinya sebagai penyusun semesta dengan kesubyektivitasanya yang angkuh dan tegas hingga berbeda nyata.


oleh : Bhara Martilla Rully Ardian, seorang rakyat.

Friday, April 29, 2011

Menghadapimu

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Menghadapimu
Kemis, November 18, 2010 jam 5:50pm

Lidahku kelu
lalu bisaku hanya diam
sambil kupandang sepatuku berulang ulang

I n d o n e s i a r a j a

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian


I n d o n e s i a r a j a
Kemis, November 11, 2010 jam 4:04am


orang lapar harus hobi tidur,
biar tangis jadi dengkur,

bayi keren harus berperut buncit gembur,
agar kurang gizi disangka makmur,

orang sakit harus berkartu free pass,
agar tak mampu tertutup jas,

anak mlarat harus sekolah gratis,
agar bupati dicoblos laris,

negara kuat harus punya koruptor,
supaya negara kelihatan makmor,

tentara harus bersenjata,
agar dengan tuduh separatis bisa tembak rakyat punya kepala,

kyai kondang harus beristri tiga,
agar dirinya sama dengan nabinya,

ormas tulen harus punya senjata,
supaya disangka punya kuasa,

pemimpin hebat harus gemar berjanji,
supaya tak menepati dianggap tradisi,

orang terkenal harus masuk bui,
supaya asoi dan penuh sensasi,

rakyat teladan mesti makan nasi aking,
supaya seperti model kelas ternama yang ceking,

orang punya Tuhan harus blajar teriak,
agar ketika ngawur tak lekas beranjak,

aparat asoi harus seperti pragawati,
biar bengis dianggap seksi.

Pengemis kondom pembungkus malu

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Pengemis kondom pembungkus malu
Senèn, November 15, 2010 jam 6:38pm


Papan reklame berebut tempat dengan ruko ruko di pecinan. Temaram lampu lampu beradu sombong. Juga pengemudi pengemudi tak mau mengalah memperebutkan lima menit waktu lebih cepat sampai ke tujuan. Hal hal rutin yang selalu menjadi saksimu berjalan tiap jam 9 malam. Di pojok pertigaan tepat di bawah papan iklan sabun colek kau selalu berhenti sejenak. Membungkukan badanmu sembari menyerahkan recehan ke pengemis buntung yang selalu menjual dirinya disitu. Tak tahu apa yang kau cari dari pengemis itu, mungkin karna kepuasan atau hanya sekedar kau merasa punya kuasa atas pengemis itu. Ya aku selalu ingat betul dengan segala tentangmu di pecinan itu. Baumu, desahmu aku hafal betul. Kau tahu manis?, aku tak pernah menggunakan setiap koin darimu. Aku menyimpanya rapat rapat di kantongku. Aku bungkus dengan kondom seharga tahu maluku. Agar kau tetap datang kemari untuk sekedar menyapaku. Aku pengemis buntung yang mahir membuatmu tersipu. Yang selalu dan selalu kau tuju.

Bukankah indah bukan melulu dramatis

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Bukankah indah bukan melulu dramatis
Jumat, November 5, 2010 jam 12:53am

Sepoi hilir di atas kakus beraroma semilir

kabut tergelincir
di atas bau kelir mondar mandir

hujan autis bernyanyi begitu mistis

menari dan menari tak tahu gubris

mulut mulut tua itu masih merancu tangis

tentang isak perawan perawan bengis

tak sama sekali puitis

bukankah indah bukan melulu dramatis

Indonesia menangis oleh kata kata dari bahasanya. Sendiri!.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Indonesia menangis oleh kata kata dari bahasanya. Sendiri!.
Jumat, November 26, 2010 jam 2:45am


Apa negri bisa menangis?, ah menurut kalimat bisa. Sungguh.
Aku tak tahu apa kata kata yang tersebut tangguh memamang mampu?, ah negriku menangis.
Oleh kata kata yang tersebut kalimat, dari bahasa negriku juga. Bahasa Indonesia kalau tidak salah. Ah Indonesia bisa menangis karna kata kata dalam bahasanya. Sendiri!. Miris!. Sungguh!.

Beta oh beta negri beta jaya di mimpi mimpi

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Beta oh beta negri beta jaya di mimpi mimpi
Rèbo, November 24, 2010 jam 11:43pm


bapak pernah bernyanyi tentang negri
nyiur melambai lambai
oh aduhai
kaya hutan hutan
juga hewan hewan

tanahku tanah surga
oh indahnya
sumber daya alam melimpah
juga laut laut meriah

nusantar jaya
oh bahagianya
anak anak bersekolah
bapak bapak bajak sawah

bapaku pernah bermimpi
nyanyi nyanyi mimpi
oh kasihani
nada nada harap
oh meratap
irama irama lapar
oh sungguh liar

bapaku menyanyi supaya tidurku lelap
bangun oh bangun
aku pilih melamun
sadar oh sadar
aku pilih tidur

negriku oh negriku
negri busung lapar
negri putus sekolah
negri lapar melapar

negriku oh negriku
tidurlah tidur
supaya hidup
mimpi dan mimpi
haha hihi
indonesia tanah air beta
beta oh beta
menangis lara

merdeka dan merdeka
oleh bedil bedil
dari penjajah eropa
juga asia
yang terampun bambu runcing
juga beling beling
kita merdeka
oh kata siapa
teman beta penguasa
juga pengusaha
beta oh beta
masih juga disiksa

oleh teman beta
biarkan saja
tidur oh tidur
beta tidur mendengkur
karna takut hidup
karna esok masih redup

beta oh beta
negri beta tipu daya
oh beta
lara oh lara.

Thursday, April 28, 2011

Disini aneh hebat.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Disini aneh hebat.
Selasa, March 23, 2010 jam 3:30am

cahaya pernah memedar di ruang ini, dahulu, kemarin, baru saja.
peluh akan usaha merona sudah, sampai letih, jatuh dan bangun lagi, lagi.
sejarah bukanlah riwayat yang kan mudah diubah.
disana, jauh direlung pernah terdengar cerita.
oleh ombak yang memeram angin, gempa yang menguat gunjing.
di ruang ini pernah terdengar, dentum pelana pelana mimpi, wangi cumbu misiu.
nasib perubahan pernah ada di sekitar ini, di tangan tangan kecil yang mengepal ke atas,
menunjuk pada puluh ratusan burung burung besi yang memerahkan tanah ini, menjatuhkan ribuan kubik malaikat maut.
selanjutnya entah kapan anak negri bebas menyebut jati diri, memilh mimpi dan asa.
lalu sekarang, entah dimulai dari kapan, bayi bayi menangis tak punya harap, wanita terkebiri norma.
apa semua akan mampu mencium aroma nasi?
di ruang ini sekarang, gelap mencekam, tak ada arah, bermimpipun takut,
di ruang ini sekarang, pantat pantat konglomerat bebas ditempeli bendera, dilukis muka wajah bapak ibumu.

KTP; kartu tamat pasti

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

KTP; kartu tamat pasti
Sunday, September 5, 2010 jam 8:22pm

Kadang hanya ingin kembali ke rumah hayal.

Duduk bersila di ujung mimpi ketidaktauhan.

Secangkir kopi penghapus pertanyaan mungkin sepadan.

Juga kicau burung-burung piaraan disangkar imaji melupakan.

Di dapur aku lihat istriku memasak ragu.

Di halaman, di bawah pohon masa depan aku lihat anak-anaku bermain was-was.

Sejurus pandanganku putih, aku tertidur.

Bermimpi akan cita-cita,

akan tujuan.

Bermimpi akan penyesalan.

Akan sangkaan.

Sejenak aku terbangun oleh berita.

Di KTP-ku tertulis berwarga negara Indonesia.

Buruh kasar.

Pasti miskin.

Pasti bodoh.

cinta oh cinta, pemerkosa!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

cinta oh cinta, pemerkosa!
Senèn, April 11, 2011 jam 5:51am

ahh nggak ada yang menarik..

politikus bicara ngawur,

rakyat ngalor ngidul!



goyang dangdut tetap pinggiran,

DPR bangun gedung sialan.

ajaran saling disesatin,



ciu melambung,

rakyat nggak boleh mabok

cuma boleh mimpi,

kucing dikebiri!



penyair rebutan puitis,

Tuhan disono sini

umat bingung jadi autis

ustad poligami!



ahh nggak ada yang menarik..

aparat bicara kotorr,

artis bikin vidio kuda kudaanl!



negara ane bingung,

rebutan payudara lonte,

gue bingung tiap hari ade yang dimatiin!



cinta oh cinta,

sumber sodomi,

pemerkosa!



luka oh luka,

ane tikam,

pecinta!

Lekas, selagi saya di ranjang cinta.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Lekas, selagi saya di ranjang cinta.
Selasa, April 19, 2011 jam 10:52pm

Saya putuskan jadi tuli, lalu buta, lalu bisu. Otak saya lumpuh. Rasa mengamputasi temaram. Di dada anak negeri terbiasa merintih. Di sembilu. Di cinta. Saya bayi nakal, yang jalang. Sosial membuat saya beridiologi. Memaksa beragama batu. Kanvas itu diam, terlukis kepincangan. Botol molotov berisi bunga. Saya terbiasa melihat yang berkuasa menampar wajah rakyatnya dengan tangan kanan dan lalu meminta maaf dengan tangan kiri. Teroris, tolong ledakan payudaranya karena haram. Biar saya mati karena tak bisa menyusu, tak bisa onani. Lekas, selagi saya tak berdaya telanjang di ranjang cinta.

Gelitik Salah kaprah

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Gelitik Salah kaprah
Senèn, August 10, 2009 jam 11:27pm

dimana semua ini berawal bila kita hanya sebuah benih yang ditanamkan.
dimana keimanan kita bila kita hanya seekor ternak.
dimana arah nurani kita bila kita hanya sebuah korban doktrin.
dimana letak hidup kita bila kita hanya sebuah asumsi.
dimana arti cinta dan kasih sayang kita bila kita hanya segurat makluk pemamrih.
dimana harga diri kita bila kita hanya makluk yg saling berhina.

apakah hati nurani selalu kalah dengan sariah dan ajaran yang terpaten.
apakah kebaikan selalu kalah dengan budaya dan kultur yang mengikat.
apakah kehebatan selalu kalah dengan ilmu ilmu yang termutahirkan.
apakah kebebasan selalu kalah dengan aturan aturan yang menorma.
apakah kelebihan selalu kalah dengan tata bahasa yang tertabukan.
apakah kejujuran selalu kalah dengan idiologi yang terbatasi.

lalu dimana letak arti hidup menurut anda?.
apakah berpikir dan mengutarakan pendapat slalu diartikan menantang?.
emosi dan egoistisitas memang melemahkan kita?.
nasionalitas dan kebangsaan kita memang membutakan kita?.
agama dan kepercayaan memang mengkotak kotak kita?.
sbenarnya apa arti persatuan yang hakiki, apa arti rasa kemanusiaan dan persaudaraan menurut hati anda?.
apakah menghujat dan saling menyesatkan?.
kita orang bebas, kita orang pintar, kita orang terhormat, pantaskah?.
pikirkan betapa besar kita, apakah sulit hanya tuk duduk bersama dan menampung perbedaan?.
apakah darah dan marah yg kita cari?.
sperti bapak bapak bangsa kita, pejuang kita, nenek moyang kita, yang menjadi besar karena keringat darah pertempuran?.
kita besar saudara, kita hebat kawan, kita dahsiat, hanya dengan berbijaksana, welas asih dan tenggang rasa.
kami tak butuh perang, kami tak butuh pahlawan, kami tak butuh pemimpin, kami sama, anda, saya, kamu, kita adalah sama, manusia..

Tingkah prasangka.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Tingkah prasangka.
Selasa, August 11, 2009 jam 1:16pm

aku membiru dilangit.
pedang kilat tak menggoresku.
aku melawan hujan deras.
badai air tak membasahiku.
ak renta disini.
lapuk oleh lukisan lukisanmu yang menghitam.
lautan prasangkamu membuat mimpi dipikirmu tentangku.
aku makhluk kecil menurut ucapmu.
hilang seiring besar keangkuhanmu.
aku tak mendendam, aku tak membangga.
langit pernah menawariku tempat yg teramat tinggi.
tp aku enggan terbang.
aku tak pantas, bukan begitu pikirmu.
aku jugg ingat tanah dan bumi menolakku juga karena prasangkamu.
lalu ditengah tengahkah aku?.
pohon dan ranting liukanmu penuh getah benalu lapar,hisaplah.
aku tak akan tertawa atau menangis.
apa aku boleh tersenyum dan diam? ak memohon.
lentera tak akan hidup bila tak dibakar.
demikian pula api akan mati karna tiupanmu.
apa kau pencipta sgala? ak tak ragu, hanya mempertanyakan.
kupas kulit ari sebuah paradigma harus menurut prasangka bukan?.
sperti lebel jaman yg pernah ditanam sejarah yang terpetakan.
tak ada kejutan disini, tak ada surprise yang mencengangkan.
aku pernah melihat sosok dilukisan bergaya realis, tapi untuk abstrak apakah obyektif mataku.
ya, pada angin ak pernah menghirup.
bau kentut dari mulutmu.
wangi petuah dari bokong dan ketiakmu.
seperti apa yang biasa aku pertanyakan tentang keputusan mimpimu.
permainkan saja, tertawalah.
denting jam tak scepat detak perutku mencari lapar.
ini busung bukan buncit,ini tai kucing bukan roti persepsimu.
kadang aku bertanya padamu, tapi lebih banyak pasrah dan meng-iya.
aku budakmu, budak mimpimu yang mempermainkanku.
ak asumsimu.
bicara pada seutas tali yang melilit durja.
nafasku tersengal.
apa aku harus menyebut namamu berulang? cukupkah matiku.
aku pernah tergopoh menjilat pipismu.
ak jugg pernah menebar gula di namamu.
tak tau hargakah aku bila bosan matamu berkedip.
memang dunia berputar tak secepat gangsingmu.
aku punya gengsi seperti ayam punya jalu.
tapi apakah cukup bila aku makluk penyujud?
tinggi itu biarlah tinggi.
aku kebal terpental, aku bosan terinjak.
balik saja kaki menjadi kepalaku biar membesar angkuhmu.
sudah kubilang aku debu ditengah topanmu.

Surga : mnurut saya.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Surga : mnurut saya.
July 30, 2009 jam 10:43pm

Dimana surgamu tuan?
Di telapak kaki ibukah?
Di atas tumpukan uang?
Di buaian kekuasaan kah?
Atau sperti sebuah permen yang coba kau iming-imingkan untk membuat anakmu trtidur?!
Membuatmu bribadah dan terus menghitung pahalamu?
Apa dengan begitu anda tenang?
Bawa saja kalkulator dan inventaris amal tai kucingmu, dasar pemamrih!
Berapa yang anda dapat hari ini? kalkulasikan, puaskah!?
Kenyataan bahwa surga ada di depan matamu mungkin kau abaikan.
Anda terlalu terbuai dengan bunga-bunga kata,seperti pedicure di jari-jari penuh cacing menurut persepsimu.
Coba pikir bila tak ada dendam, iri, dengki, prasangka? apa yang kau rasa bila welas asih kau siarkan? tanggang rasa? di mana adatmu tuan? di mana surga menurutmu? menunggu matikah? lalu bila tak ada surga dan neraka beribadah kah anda? tersenyumkah mulut kebohongan anda? pedulikah pada sesama?
Surgaku disini tuan, di hidupku sehari hari, saat ini, tak seprti permen yang kau tunggu untukmu bisa tertidur, aku tak mencari hadiah setelah mati, disini surgaku, saat ini dan ibadahku tak pduli dengan mati, neraka atau surga, saya acuh..

stagnansi!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

stagnansi!

ketika kita brdiri pada suatu situasi yang kita tak mampu hadapi,
dimana kita terlalu kikuk hnya tuk skedar merasa,
disa'at kita tak mengharap tuk tiada ataupun ada,
ketika kita brdiri pada tepian kebohongan yang terbenarkan,
semua begitu tidak terbatas,
membentuk sebuah ambigu megah yang masal,
yang besar,
yang agung,
yang menguatkan tuk menjadi kekal,
yang memutus asakan tuk menjadi lekang,

Ah..

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Ah..

Saya takut cepatnya waktu menyamarkan impian muda saya,
dan saya pun takut pesatnya jaman melekangkan cita cita tua saya,
saya sudah kehilangan impian muda saya,dan saya pun terancam ketidakmampuan mengejar cita cita tua saya,
saya tak bisa melawan,
raga pun tak mampu memberontak,
sebuah bentuk korban ketidakbijaksanaan dari egoistisitas lingkungan yang saling mengasingkan dimana memohon diartikan menantang..

Hanya mencari,salahkah?

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Hanya mencari,salahkah?

Aku hanya mencari sebuah kebenaran.
Arti hidupku hanya mencari.
Tanpa berhak memvonis.
Aku hanya berpendapat.
Tak kusikapi hal lain.
Aku hanya membahas kegelisahan.
Aku tak mengusik semua orang.
Aku hanya bertanya.
Belum tentu ak salah jika tak menurut.
Aku bukan peniru.
Aku juga bukan pencipta.
Aku hanya menyikapi.
Aku tidak memberontak.
Aku tidak menyalahkan.
Aku hanya berfikir sejenak.
Bermain dengan benakku.
Dan aku bersaran bukan berpendapat.
Benarkah semua ini?.
Salah jika menuntut dan percuma bila menentang.
Arti sbuah hidup yang terkekang.

Benar tak harus yakin!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Benar tak harus yakin!

Ke kanan!!
Apakah kamu ikut ke kanan!?
Pasti benar!!
Percayakah kekanan it benar!??

Pernahkah kamu tau bahwa itu benar atau tidak???
Benarkah orang yg mengatakan kanan it benar adalah benar?!?
Benarkah dia yg membenarkan kanan it benar mengetahui sebuah kebenaran??huh!

Ataukah hanya mengira ngira??
Menerka??huh!
Sempit kali orang itu!!
Lalu kenapa kmu bimbang??
Ikuti saja!!dasar babu kebenaran!
Mudah ditipu dengan benar!

Pecundang benar!!
Sudut remeh suatu peradaban yg mendambakan sbuah kebenaran.
Memalukan arti sbuah kebenaran,
sebuah prjuangan pembuktian...

Wednesday, April 20, 2011

Diam

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Diam

sekarang kamis,besok kamis,lusa kamis,dan kami hanya menatap..
buka mata dan sekarang malam,nanti malam,besok malam,dan hanya menatap..
ingin berlibur,tp sekarang libur,nanti libur,lusa libur,dan hanya menatap..
ambisi untuk melakukan sesuatu,sekarang giat,nanti giat,kemarin giat,dan hanya menatap..
pernah punya cita cita,dulu bermimpi,skarang mimpi,sepuluh tahun lg mimpi,dan hanya menatap..
sekarang tertawa,tadi tertawa,kemarin tertawa,lusa tertawa,dan hanya menatap..
mungkin sering sedih,tadi pagi sedih,hari senin sedih,lusa sedih,dan hanya menatap..
mungkin nanti mati,sekarang mati,lusa mati,tadi mati,dan hanya menatap..
mendamba insyaf,tadi beribadah,lusa bribadah,nanti bribadah,dan hanya menatap..
suka mengumpat,dua hari yg lalu mengumpat,bulan depan mengumpat,dan hanya menatap..
diam,sering diam,nanti,esok,dan (mungkin) seterusnya..

Saturday, April 16, 2011

Orang hebat lahir dari bak sampah

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Orang hebat lahir dari bak sampah kenormalan yang dengan sadar dan berkesadaran mengais kewajaran dengan mata apa saja yang kemudian tidak patuh melainkan tahu letak yang menjadikanya pantas dalam kepatutan. Orang hebat terkesan mati bila dilepas di mall dan bergoyang riang di kolong kolong sampah yg dianggap bau. Orang hebat lahir dari rahim ibu kebiasaan yang lalu dengan rendah hati menjadi pembangkang.

Friday, April 15, 2011

bersama kucing, anjing dan pohon kaktus: tertawa!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

bersama kucing, anjing dan pohon kaktus: tertawa!

Sebuah bayi mengaji di malam jingga kemarin siang. Di ujung sana ruh ruh mencari ruang ruang. "Siapa bapakmu?". Detik setelah detak memaksa gergaji ngakak memenggal kepala kepala syariat etika keberbusanaan. "Wajahmu melebam!", teriakan dari sudut gang gelap. Lalu sepasang nenek asik mencabuli dirinya diketerasingan. Bulan jatuh malam itu. Menyetubuhi bumi. Dan lalu pasang surut menjadi warna warni. Bayi bayi menjadi bergoyang. Mengenal yakin. Mencumbu cinta. Tangan tangan itu bersambut di perut buncit pelacur. Dikalungkanya laso kesadaran di lehernya. Tepat jam empat pagi dia jumpai mani, kotoran, liur dan dirinya berdendang lagu pemakaman bersama kucing, anjing dan pohon kaktus. Tertawa.

Thursday, April 14, 2011

Supaya rasa tak besar kepala

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Supaya rasa tak besar kepala
by Bhara Martilla Rully Ardian on Senèn, November 8, 2010 jam 12:56pm
Bhara Martilla Rully Ardian


Supaya rasa tak besar kepala


Masalah hati,
hanya masalah pikir yang mengenal luka,
yang berbumbu iri, marah dan nestapa.
Maka aku ambil dua gelas kedap rasa,
dan lalunya aku pisah pisah supaya rasa tak besar kepala,
dan bila rasa masih tak mau dibatas karnanya,
aku dekat hingga dekap kuping rasa, kubisikan; "aku ingin sadar nyata, jauh dari mimpi masalah hati yang merona, walau indah aku tega: nyata".

Selamat pagi Negari

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Selamat pagi Negari
by Bhara Martilla Rully Ardian on Senèn, November 8, 2010 jam 2:18pm
Bhara Martilla Rully Ardian

-Selamat pagi Negari-


Selamat pagi, selamat menjadi babu babu zaman, mengitari kesibukan yang membuat sibuk menjadi ukuran, ayam ayam berkokok lalu malas malasan. Di sana, di pagi buta merona. Pundak dipaksa memangku anjing anjing bernama kelaparan. Kutengok tetangga sebelah minum teh dan membaca koran berisi ceritaku, cerita kami. Bernegara menurutku hanya kutukan. Maka dari itu anak anak mati gizi, lalu tak sekolah, dibilang bodoh dan tak berusaha. Ketahuilah bernegara hanya tarian eksotis, bagimu, bagi kita. Selamat pagi Nusantara, masuk sumur dalam dan berteriak tolong, tiada guna. Sungguh anjing lalu ayam lalu cacing beranak pinak di perut perut itu, juga di otak otak itu. Sungguh.

Hari

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Hari
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, March 31, 2010 jam 7:58am

hari ini tak ada suram, terlalu baik untuk sekedar abu abu.
ya usia kalam mungkin tak seindah estetika,
persuasif hanya mimpi sekarang, entah berapa patah kata tajam keluar dari mulut rentenir kepercayaan.
kami tak kan pernah bersandar sekarang, terlalu mimpi.
setidaknya satu dua langkah kedepan akan memerlukan peluh yang tak terbayangkan.
dan keberuntungan tak kan semanis janji,
kami pernah menegur bijak, dengan menipu tuk membuat badai seindah pelangi.
dan semua menggelap, dan semua menginjak, ya semoga ketidakpastian akan memberi sedikit jalan,
menuju pada apa yang kami sangka pantas, sebuah kelayakan yang ditandai dengan dengki, dengan iri, tapi kami berjalan santai tanpa kewajiban.

Do'a

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Do'a
by Bhara Martilla Rully Ardian on Saturday, April 17, 2010 jam 9:04am

Tuhan Kau pernah angkuh; membatu membiarkanku membenci.
Kau pernah meninggalkanku dan membiarkanku membenciMu.
Tuhan hubungan kita tak pernah resmi.
tak pernah mengikat kuat untuk menyimpulkan suatu kepastian.
nasib terburuk mendorongku untuk semakin membenciMu-dan Kau: diam.
lalu ketika ku senang, kemana Engkau? ak menantiMu tuk membenciMu lagi.
Tuhan rasa saling sayang kita memang jarak antara menjauh dan hilang.
titik dimana percaya padaMu adalah kebencian.
Tuhan cinta kita memang tak pernah dekap.
aku bicara dan Kau menuli, aku melihat dan Kau membuta, begitu sebaliknya.
Tuhan kita bahkan tak pernah mesra.
ak menjauh dan Kau tak berusaha mendekapku.
Kau membuat aturan dan aku selalu menentangmu dengan argumen yang mendasar karna benciku.
Tuhan ak tak pernah bersimpuh kusuk tuk menyembahMu.
tak dibarisan terdepan, tak dilingkungan kaumMu.
Tuhan hubungan kita tak pernah melalui gerbang resmiMu.
ak umat kecilMu yang tak berhenti membangkang demi kebenaran menurutku.
ak umat yang paling mencintaiMu dengan caraku.
meletakanMu di hatiku, yang dalam hingga tak seorang pun tau.
begitu pribadi sehingga aku bebas menghujatMu.

Silahkan beri judul apa saja.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Silahkan beri judul apa saja.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, May 26, 2010 jam 7:15pm

Jiwa, pikir, hati dan mulut telah lelah menghujat,
tentang arah, tujuan, nasib, renungan, cacian, permintaan, do'a,
apa itu berarti tanya?!,
bila yang dituju adalah angan,
apa itu berarti tujuan?!,
tempat yang bisa diduduki, atau sekedar merebahkan diri,
lalu dimana letak akhir?!,
ujung peluh, wajah lelah oleh tawa.

Wednesday, April 13, 2011

Silahkan kalau menyebutnya hujan

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Silahkan kalau menyebutnya hujan.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Kemis, May 20, 2010 jam 4:20am

Gemericik air, riuh hujan,
tak semua membutuhkan muasal, tak perlu tanya.
Tentang aroma, tentang nyanyian,
cukup dengan menyebutnya hujan, yang datang dari ketidaksengajaan, atau kau boleh menyebutnya rencana,
yang datang dari tangan-tangan mistis di ujung ketidakberdayaanmu,
sebuah pelukan hangat untuk ketidaktahuanmu.

Fiksijumbo?

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Fiksijumbo?
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, Oktober 27, 2010 jam 12:49pm

Malam itu, tak terlalu larut seingatku. Aku masih saja duduk terbatu di teras hatimu. Padahal tanganmu sudah melambai memberi tanda bagiku untuk maju bercumbu. Tapi tetap saja aku membatu, mataku berkaca-kaca, hatiku ragu. Tak beberapa saat aku lihat kau marah dan berlalu. Kujumpai lelaki itu mulai merancu, gombal sana sini tentang keabadian. Bualanya aku paham betul karna telah kupelajari sejak beberapa tahun lalu. Akhirnya pria itu membuka pintu kamar dan memandumu masuk di dalamnya. Aku tak sempat menyesal. Tak sempat. Melihatmu mabok oleh bualan cinta. Di sini, masih di teras hatimu. Kurangkai beribu kata maaf akan egoku. Aku berlalu di pagi itu, merapikan kamarmu dengan gegas. Kutuliskan "Maaf karna belum sempat aku kenalkan dirimu pada hatiku, tak kusentuh secuilpun dirimu semalam, entah kau menyebut aku pria apa. Aku berlalu, tak usah menangis karna aku tak sejahat inginmu." di selembar kertas kenangan agar kau tahu letak salahku.

-selamat hari pahlawan-

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Selamat hari pahlawan
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, November 10, 2010 jam 3:25am
Bhara Martilla Rully Ardian

-selamat hari pahlawan-


Kalau dulu pahlawan maen darah,
lalu 5 tahun brikutnya pahlawan harus bisa terbang ke segala arah,
lalu meningkat harus ahli retorika sampah,
selanjutnya harus pernah masuk bui rumah,
terbaru wajib punya rekor juara korupsi tingkat daerah,
lha cilakanya orang kelaparan dan tak mampu sekolah dilarang dijadikan nama jalan jalan,
bandar bandar udara dan pelabuhan,
kalau begitu selamat hari pahlawan,
di negeri penuh "superman".

Semua berawal di

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Semua berawal di
by Bhara Martilla Rully Ardian on Jumat, November 19, 2010 jam 4:32am

Kekasih pikir turun melewati bibir bibir, dan lalu hati hati jadi penuh tabir. Ucap ucap dari bibir, lalu hati hati menjadi getir.

Lelaki

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Lelaki
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, March 31, 2010 jam 6:09pm

siapa sangka lelaki tak hamil karna tekan,
siang dia kan meronta di nadir zaman, lalu malam dia tak terpejam seindah bintang,
usia kandungan lelaki lebih lama dari umur piramid, lebih durhaka dari Malin,
setidaknya sampai dia mengucap peluh, tapi tak kan keluar seiring gengsi setebal tabirmu,
lelaki itu mengunyah mimpi, setiap langkahnya adalah suap bagi mulut-mulut cintanya,

dia akan mengeluarkan perut takdir sebagai perubahan,
lalu janinya akan berteriak lancar dan memanggilmu,
memberikan surganya ditelapakmu,
tapi lelaki itu tersenyum mendengarnya,
lelaki itu hitam ditengah sangkamu, ditengah pilihan menjerat lehermu atau tidak.

Suatu sa'at, pernah.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Suatu sa'at, pernah.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Sunday, April 18, 2010 jam 5:42am

hujan menangis melihatmu mengingkari manis yang kau ucap, setidaknya masih terngiang.
apakah buruk raup sepenting itu sehingga menutup arti yang hakiki: tentang sebuah ikatan.
kau lihat binar itu?, melupa akan tingkah yang semanis ucap.
setidaknya kau pernah mengumbar mesra sewangi tuturmu.
di bawah hujan itu kulihat dia begitu bodoh, mengharapmu tuk sekedar menyentuh tubuhnya seperti apa yang jamak kautawarkan.
setidaknya kemarin sejak kau sunting ikrar dia menjadi milikmu.
sebelum kau pergi meninggalkanya tanpa sepatah penjelasan.
dan dia jatuh kembali ke prasangka hitam akan arti kesetiaan kaumu.

.jamak di depan.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

.jamak di depan.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Kemis, April 29, 2010 jam 6:52am

biarlah beban memberat sekarang,
bertubi kekhilafan jaman menguat sekarang,
memaksa senyum memalsu sepalsu palsunya,
tak ada bantuan, masih, masih tak ada,
hingga redup relung do'a, meronta pada nadir yang nyata,
terinjak, terhina, ahh karna kekuatan dunia bebas menginjak,
aku, kita, semoga esok datang melambat, membiarkan malam menidurkan pikir yang terlampau beban

Dua pertanyaan sebelum hajiku

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Dua pertanyaan sebelum hajiku
by Bhara Martilla Rully Ardian on Selasa, February 1, 2011 jam 7:47am

Memulai ketidakpercayaan dari bunga bunga. Di surga tak harus berbaju putih semua. Aku suka jelaga di pagi sepertiga. Aku tidur dan lalu mendaur. Ayam, anjing, kiyai sama saja. Antar aku ke Gangga. Memberikan kepalaku pada buaya karma. Lalu gergaji hatiku menjadi lima biji sama rata. Untukmu, untuknya, untuk dia, untuk dia yang satunya dan untuk belatung di bawah sajadah tuan itu. Lalu kakiku bakar saja, setubuhi badanku empat kali walau aku tak berwajah. Tak bermani. Di masjid tepat setelah subuh dingin itu. Lamarlah kedua tanganku seharga mahar dua ribu perak. Lalu ucap sah semurah janji dan doaku. Kau lihat kasih?, aku hanya ingin mati di Mahameru menghisap racun Gustiku. Jonggring Salaka jam 6 sore itu. Pelaminanku. Dua pertanyaan sebelum hajiku.

Lalu tega

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Lalu tega
by Bhara Martilla Rully Ardian on Sunday, March 6, 2011 jam 4:13pm

Aku mengenalmu sebagai hampa. Dan lalu turun menjadi sapa sapa menjadi siapa siapa. Aku malas melukis siapa di hampa. Tak beberapa lama setelah jumpa jumpa. Kamu jadi dia. Jadi sia sia. Jadi tanya. Karna titik titik jadi koma koma. Aku bimbang pada rona rona yang kemudian tersebut rasa. Di cahaya, di hitam, di apa saja. Cerca dan gembira. Harap dan luka luka jadi jera. Pada tanda tanda. Gelengan kepala berbuah sangka sangaka. Kesekian kali aku kecewa pada nyala nyala. Hai hati yang muda, sepoi aura aura aku suka bahaya. Menerbangkanku pada fana fana yang kemudian mengehempaskanya pada jingga jingga. Fatamurgana. Hati hati pada rasa. Aku ulangi hati hati pada rasa rasa yang tadinya hampa menjadi tega.

gelap di iman yg menanti terang.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

gelap di iman yg menanti terang.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Jumat, September 18, 2009 jam 11:33am

petang itu gelap,mendung seakan trlalu angkuh untuk berlalu.
gelap,bagai tumpahan debu tambora yg meletus mengalahkan raja siang 269 tahun yg lalu.
kelam,sperti ratapan perut perut pribumi yahukimo yg kelaparan.
dan redup oleh ratapan anak anak jalan yg diperkosa ayah bangsanya.
pernahkah durja ini terdengar olehmu?
tergelitikkah perut buncitmu?
oleh kenyataan palang palang yang menghambat jalan.
oleh jerit batin yg sekarat tertelanjangi beban?
apakah itu yg kau sebut terang tuanku?
berjuta bintang pernah menyinar dari ucapmu.
seperti petuah tuhan agung yg kau junjung.
aku,kami disini,
menagih terang yg kau janjikan.
sampai tenang kami berakhir.
di lontaran ucap yg telah lama mati.
di gerak terakhir tenaga kami yg renta.
di dekap trakhir tangan kami yg regang.
kami yg tak pernah menjadi besar.
kami yg tak pernah menjadi agung.
kami yg tak pernah menjadi tuhan.

apa.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

.apa.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Selasa, September 15, 2009 jam 12:10pm

kami yg tak berkesempatan disini.
terdiam melamunkan perasaan yg terkuatkan oleh imaji.
kami yg tak bertakdir disini.
diam meringkuk pd tumpuan simpuh yg mengeras karena prasangka.
kami butuh letupan!,momentum yg mengarak kami menuju garis depan.
dimana kami bangga menegakkan kepala kami.
kami sekumpulan orang yg mencari benar.
benar menurut bukti yg kami junjung tinggi.
di sana kami pernah bergelut dgn nurani.
sekali lagi mengiya untuk melantang.
bahwa kebenaran memerlukan perjuangan pembuktian yg jelas.
yg tak mengenal ambigu dan bias yg berpihak.
kami tak berusaha menyalahkan budaya yg mengatur kami.
kami jg tak menyalahkan ahli agama yg mengatur kami.
ya,kami adalah manusia yg mencari.
mencari dimana letak benar yg membenarkan kesalahan.
mencari salah yg menyalahkan kebenaran.
kami suka berjalan di tempat yg semua orang enggan melintas.
dimana nafas menjadi berat.
dimana langkah menguras peluh.
dimana berat melapukkan kaki.
dimana dingin merasuk tulang kami.
ya,kami suka mencari di tempat yg sudah terpatri benar oleh orang2 sebelum kami.
kami tak mencari sebuah pengakuan.
tak mencari sbuah perdebadtan.
tak mendobrak tradisi yg terpatrikan.
kami hanya mencari di tempat yg tersamarkan.
tempat yg telah menjadi benar karena persepsi ketabuan.
karna menurut kami letak kesalahan terbesar dalam hidup adalah menganggap benar sesuatu yg mungkin saja salah.
kami tak menuntut.
kami hanya suka pd yg terbuktikan.

Kumpulan.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Kumpulan.

by Bhara Martilla Rully Ardian on Kemis, August 6, 2009 jam 7:46pm

drajat kubro kaum tak berarwah,disini,jiwa tua yg tertatih.
mahameru berduka saat itu,ketika ruh renta memekik ambisi,tidak keras tp cukup meletup.
merenta pd ujung nadir di dingin cemoro sewu,menduga do'a di sendang kawi.
ketika kedaton menguning tergesek sepoi angin,begitu sunyi menurut kata.
bisakah kau uraikan?dia brkata,keadaan kami tak sesejuk buah sangkamu,letih.
bunga abadi smerbak di mahapena saat itu ,apa kau jg menyadari wangimu tertiup anginmu?kami ruh lapar.
tarian mata langit terbang membahana di gaung sirah aturan yg trsirat lewat goresan awan putih di kebiruan.
kami makhluk yg tak pantas menghujat,kami hanya brsilang pendapat,mengertilah.
cacing buluk mati membiru,kafannya utuh tak tersentuh dosa,sebaliknya pamrih membawanya di derajad tuhan,sembahlah.
keruh pikirku karna sesuatu yg mengulang dan terulang,jiwa tua tak akan menang atas sajian makanan zaman yg berlari.
entah kita harus meminta tolong pada siapa,kami jiwa tua,jiwa yg dianggap menjompo oleh yoni yoni naga muda yg menggurat jelas,sejelas perlawananya.
di puncak jawa kami pernah memekik,kami suka peluh dan kringat ini,jiwa kami renta memang,tapi kami suka alam dan detailnya,kami cinta sunyi.
bukankah jiwa tua sperti kami terabaikan?tapi kami tak peduli,jutaan bukit ini sahabat kami,peluh ini kekasih kami,dan puncak itu Tuhan kami,kami tak pernah berharap wangi di jasad kami kelak,kami tak butuh status yg meng-emas di nisan kami.
bangga ada di diri kami,teguh ada di jiwa tua kami,dari kami pada kami.

Bahasa menurut saya.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Bahasa menurut saya.
by Bhara Martilla Rully Ardian on Sunday, July 12, 2009 jam 12:05am

Mungkin kiasan tak menjelaskan alasan,
mungkin sajak dan puisi pun tak membentuk arti,
kita hanya makluk yang dibatasi ketabuan bahasa yang hakiki,
kita tak pernah berbesar hati untuk merasa,
bertanggung jawab untuk mengata,
dan berbijaksana untuk mengiya,
kuatkah spektrum kepastian adat berbahasa yang juga dibuat oleh manusia yang entah siapa mendoktrin kita yang mengaku manusia?
Pantaskah bila segala sesuatu dipecah dengan ya atau tidak, benar atau salah, haram dan tidak haram, dan segala multiple yang dibenarkan dari segala hal,
lalu dimana letak makna hidup?
Dimana arti gerak yang menandai hidup?
Pergerakan yang mematri kebenaran, perselisian argumen yang menentukan perpecahan, atau penganggukan masal yang menyatakan kemusyawarahan, atau pun bahkan keesaan yang mendukung ketunggalan,
dimana semua itu?
Hilangkah?
Atau sembunyi seperti banci banci di kolong kendi?
Kelamin kelamin yg tak punya keindahan erotis!
Kotoran kotoran yg tak punya bau terasi!
Kolor kolor pesuruh!
Budak budak rapuh!
Ahh...malas sudah,tak pantas bahasa menggorok dirinya dan tak pantas bahasa menggorok nadi pengertianya.

Monday, April 11, 2011

Pemuda tua di rumah pohon tinggi julang

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian


Pemuda tua di rumah pohon tinggi julang
by Bhara Martilla Rully Ardian on Kemis, November 25, 2010 jam 2:29pm
Pemuda tua di rumah pohon nan tinggi julang. Di daun, di pohon, di atas palang. Menyanyi lagu negri, begitu sayu, ngilu. Anak anak rindu di kalbu. Pemuda tua menanak nasi sangka. Istrinya jiwa jiwa tanya. Oh pada air dia minta api. Pada kecewa dia bertuhan. Pemuda tua di rumah pohon nan tinggi julang. Menanam onak di daging. Memelihara anjing di hati. Lalu jiwa jiwa tak nyaman. Beradu adu mendamba pergi. Oh pemuda tua melangkah. Pikir menuju pikir. Tak makan, tak minum, tak menikah, tak beranak. Julang julang tembok tinggi, lalu kota kota tak dihuni.

Dan dia masih menyuruh kita senam SKJ serta minum susu ibu di pagi itu

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Dan dia masih menyuruh kita senam SKJ serta minum susu ibu di pagi itu
by Bhara Martilla Rully Ardian on Jumat, December 17, 2010 jam 5:26am

Kenarsisan sinar tersier di kemilau pilihan laku. Sepasang rasa sombong dan congak menggebu mengecat segalanya menjadi ungu tua. Selintas sinar terang mengacaukan prinsip. Lalu liang liang katak berisi air sembilu bercampur ambigu rasa. Tertata papan catur di teras mulia tukang ojek di depan komplek. Dua sahabat saling tikam pion demi raja yang hanya mampu bergerak selangkah. Kelelawar keluar siang hari. Malam dipimpin harimau tuli sedang siang diratui musang buta. Di mall terlihat tante dan om tak tahu umur. Segala kewarasan hanya ketidakwarasan yang belum disadari. Inilah hidup, ada yang makan nasi dan ada yang membuang emas. Dan aku? Ah dan aku. Tertawa sesukaku karna lucu menurutku. Banyak yang rindu kedataran. Kau lihat sepasang muda mudi itu? Hahaha, lucu, sangat lucu. Lalu aku pilu. Menjadi tak nyaman oleh kerja bakti gotong royong di pagi yang tertulis jam 7. Padahal aku dengar info jam 9 ada banjir mimpi buruk. Dan dia masih menyuruh kita senam SKJ serta minum susu ibu di pagi itu.

-anjing hutan melolong jam 7 pagi, telanjang!-

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Anjing hutan melolong jam 7 pagi, telanjang!
by Bhara Martilla Rully Ardian on Jumat, November 12, 2010 jam 2:56pm
Bhara Martilla Rully Ardian

-anjing hutan melolong jam 7 pagi, telanjang!-


Jam berdenting di jam 7 pagi itu. Anjing hutan masih melolong. Kelelawar hitam keluar goa turun ke ladang candu. Hai perempuan berasap di sana, aku ajak kau ke Mandalawangi, melihat hamparan bunga abadi. Lalu kita ke Hawai, berselancar dengan bak mandi. Tanpa busana. Seperti anjing kota yang minum susu. Jam berdenting jam 7 pagi. Membangunkanku disaat sepi. Suara TV menghantarkan mata terpaksa melotot. Anjing hutan sekali lagi melolong. Samar samar kulihat cermin memberi isyarat: bangunlah.

-lelaki bosanofa di redup malam lajang-

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Lelaki bosanofa di redup malam lajang
by Bhara Martilla Rully Ardian on Saturday, November 13, 2010 jam 3:06am
Bhara Martilla Rully Ardian

-lelaki bosanofa di redup malam lajang-

Merintih suara di ujung gang, di pinggir kali. Dari pria pria seumuranku. Menggali bait bait lembut kapas dari kasur yang coba dibakar perlahan. Bau itu irama. Lalu malam dan secangkir kopi tawa melantun bincang. Di malam kejujuran. Pria pria seumuranku membicarakan usik yang mengusik. Tawa getir lalu senyum itu menjadi sejadi jadinya. Ya lelaki bosanofa di redup malam lajang. Menjadi pria. Menjadi rasa. Irama oh irama. Esok kan lebih berat dari asap yang kau buat bulat. Ada tawa yang mesti kau tawai. Cangkul cangkul lelaki bosanofa, maka lalu pria pria meraba. Belajar membajak dan membangun rumah sederhana. Di tepi kali di ujung gang bahaya. Banjir dan pengamen memintamu sedia recehan. Lalu susu bagi anjing piaraanmu. Juga buku dan pensil warna untuk darah dagingmu.

-Tak ada Tuhan di jam 12 siang itu-

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Tak ada Tuhan di jam 12 siang itu
by Bhara Martilla Rully Ardian on Senèn, November 15, 2010 jam 9:05pm
Bhara Martilla Rully Ardian

-Tak ada Tuhan di jam 12 siang itu-


Tak ada Tuhan di jam 12 siang itu. Tepat di bulan Juni 12 tahun silam. Semuanya anjing. Tak pernah ada Tuhan siang itu. Tak di abu tulang tulang itu. Tak di peluru peluru itu. Tak di darah darah itu. Lalu dentum dentum mengingatkanku di Nanjin, di Hiroshima, di tepi pantai Badung, di kamp kamp konsentrasi Holocaust, di Kupang. Api api itu membawaku kembali ke masa genosida Pol Pot dan khmer merahnya, masa Ariel Sharon yang membantai masal warga di Sabra dan Shatila, lalu Joseph Stalin dan kebijakan politiknya. Tak ada suara Tuhan siang itu. Ketika manusia menjadi Tuhan berprilaku anjing. Demi memakan tanah, lalu logam dan lalu laut. Kau tahu yang menarik dari semua itu?, semuanya tertawa. Tertawa!.

Aku bunting!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Aku bunting!
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, November 17, 2010 jam 10:34pm

Aku pria bunting,
di perutku Tuhan Tuhan mengering,
lalu setelahnya setan setan terlahir sinting,
dari tubuhku,
oleh pikirku,

aku pria bunting,
di perutku jutaan anjing,
lalu setelahnya lahir nabi nabi menangis nyaring,
dari angkuhku,
oleh nafsuku.

Jaman edan!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Jaman edan!

by Bhara Martilla Rully Ardian on Saturday, June 27, 2009 jam 1:25am

Mimpi atau trjaga!, pilihlah,,
Maukah kau mengingat,
pada tulang tulang yang melepuh oleh asin kringat sejarah,
oleh bunga mawar harum mesiu untuk gadisku,
oleh keringat darah yang meruncing membelalak penjajah,
konflik di pemerintahan, dentuman carut marut sukarno yang berbuih mempertahankan de factonya,
oleh keputusanya yang secara sepihak menguliti Tan Malaka, menghapus Muso dan Amir,
di Bandung negeri berapi,
di Surabaya Bung Tomo melantang,
lalu siapa yang kau ingat di Papua?
Di Timor Timor?
Serakahlah yang teragungkan untuk menjadi pejuang yg esa,
siapa pemenangnya? saya,aku, atau kami?
Tasbihkan belatung yg meraja,
seperti konflik di Vietnam dari kaca mata paman sam,
seperti kepala Indian yg dihargai perak recehan, lupakan Navajo, lupakan milisi Palestin.
Kita dijaman mimpi,
pilihlah,
terjaga atau mimpi,
diri tak mau dibenarkan dan sejarah tak pantas ditabukan,
guratan,
apa kau melihatnya?
Rintihan korban genocide dan slavery,
apa kau tak ingin menjadi Gandhi? Mandela?, atau bahkan si black robin hood Malcolm X?
Tindaslah kaummu, ulang manisnya sodomi penyiksaan di Nanjin, Babil, Sodom, Hiroshima dan Auschwitz,
pedihkan lagi dengan menampar istrimu, perkosa anak cucumu,
ingatlah,s ejarah adalah rules of the life!,
percayakah?
Terjaga atau brmimpi, pilihlah..,
lalu kemana tuhanmu,
dimana jawabanNya saat jutaan yahudi dikamp-konsentrasi menangis darah karena keacuhanmu,
saat ribuan jepang di hiroshima dan nagasaki mati karena sejarahmu,
apa mreka musuhmu?
Manusiakah engkau?
Menggeliat, lalu putuslah tali beban kemanusiaan,
kemana dewamu, kemana ego dan kenarsisanmu?
Trgorok nafsu nasionalismu,
dimana sosialistismu,
mati seiring kebangsaanmu,
manusiakah?
Ingat, terjaga atau brmimpi, pilihlah..
Itulah diri kami, binatang yang bermimpi menjadi malaikat, dan membayar smua itu,
dngan patuh!
Mematung!
Bodoh!
Buka matamu, ingatlah, terjagalah, dan bermimpilah hanya untuk esok,
menyelamlah kebawah,
agungkan yg dihilangkan,
agama tak slalu benar,
konspirasi sekuat apapun tak mengkokoh,
lepaskan,
buka matamu,
terjagalah,

Cita cita saya: koruptor terhebat spanjang masa.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Cita cita saya: koruptor terhebat spanjang masa.

Jika waktu kuputar.
Ku ingin sewaktu janin ditemani setan.
Ku ingin lahirku dicampakkan.
Biarlah.
Kubiarkan bisikan kejahatan menjangkitiku.
Kusuburkan naluri untuk menjadi kiri.
Kuasah keahlian merayu durja.
Kubenamkan kebenaran.
Biarlah.
Ku ingin mereka bertanya.
Ku ingin mereka mempertanyakan.
Hujatlah.
Pupuklah kearogananku.
Perbesar naluri aparat penghancurku.
Biarlah.
Aku suka mereka memicik padaku.
Aku cinta mereka membenciku.
Tanam dendam dihatiku.
Pertegas gelap diguratku.
Biarlah.
Aku mau.
Menarilah kemaluanku.
Berjogetlah anus indahku.
Baulah kentut lukaku.
Biarlah.
Dendamku membatu padamu.
Bangkitkan tegaku.
Perjelas nafsu memerasku.
Biarlah.
Aku tak malu.
Banggakan aku dengan jahatku.
Sanjung aku dengan penggorokan nadimu.
Darah hidupmu adalah minumanku.
Kutenggak layaknya martiniku.
Segarkan dahagaku.
Biarlah.
Aku puas.
Ajariku tak peduli pada hidupmu.
Tak peduli pada keringatmu.
Tak pduli pada kesahmu.
Tak pduli pada keluhmu.
Biarlah.
Ini pilianku.
Hitam ini bahagiaku.
Penyelewengan ini tujuanku.
Kusodomi anak cucumu.
Kutikam naluri hatimu.
Aku kuat menghukummu.
Aku tega memanipulasimu.
Perkosa anak gadismu.
Lecehkan istri dan ibumu.
Gantung leher bapakmu.
Biarlah.
Aku suka.
Ini salahmu aku bilang.
Ini buah didikanmu.
Ini korban persepsimu.
Aku tikus lapar.
Aku siap merongrongmu.
Aku bosan menyayatmu.
Menguliti kulit tawamu.
Hingga kau mati trkubur hidup disenyumku.

Ahh, cuma anggapan..

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Ahh, cuma anggapan..

Beranda melupa pada tuan yg meraba.
Tua lapuk tiang penyangga menyapa.
Keraskan salammu wahai penguasa.
Sambung lidahmu dan tertawa.
Memekiklah seperti anak kelana merana.
Membekas diingatan waktu yg memelas.
Dimana nak tuan hendak brlabuh?
Kmana lah tuan brsimpuh merapuh?
Menangis menyepuh tunduk menabuh.
Genderang tasbih membahana di seberang.
Siapa gerangan di sana tuan?
Pekikan tumpah lirih brucap.
Anak anak berpeci putih berseru lantang.
Mengagungkan Dzat Yg Esa.
Melengking indah bak rayuan pujangga.
Siapa gerangan tuan?
Yang menyapa riang layaknya gadis elok periang.
Apakah tuan cuma beranggapan?
Disini perang kata tuan.
Di halaman pikiran ini tuan bersaran.
Melantangkan nyanyian ketidakadilan.
Malukah tuan meminta dusta?
Hinakah bila hanya berdoa?
Sadarlah tuan.
Bernafas tak hanya hidup.
Sambunglah tuan.
Kumandangkan adzan di negeri tuan.
Tasbihkan nama nama Tuhanmu.
Pujalah segala kebesaranya.
Syukurilah atas air, tanah dan udara.
Tumbuhkan benih peradaban.
Semaikan dan tanam ufuk yg telah kau idamkan.
Nikmati tuan.
Bukan anggapan lapar yang msti kaupertanyakan.
Dia Tuhanmu tuan.
Dan kau bukan domba peliharaNya yg mesti mengiya.
Tumpahkan rasamu tuan.
Menggugatlah tanpa lelah.
Dia maha tahu tuan.
Dia maha mengetahui tuan.
Tapi Dia melupa untk mengingatkanmu.
Memberi waktu untukmu berhujat.
Anggapan malam hanya menghitam siang.
Begitu juga sebaliknya.
Apa tuan juga beranggapan malam menghitam?
Apa tuan acuh kepada kemunafikan?
Tanyalah pada Tuhanmu tuan.
Tuan berhak untuk itu.
Tuhan sayang pada umat.
Tp kenapa tangisan yahudi di kamp-penampungan tak didengar?
Musuhkah kaum it?
Hinakah?
Dimana Tuhanmu saat chaos trjadi di vietnam?
Nanjin?
Lalu dimana juga Dia saat genocide menangis dikuliti saudaranya?
Saat slavery berjaya?
Dimana?
Tuan umatNya,tuan juga manusia.
Pantaskah untuk berhujat mana yg trbaik antar sesama?
Kenapa pahlawan slalu lahir akibat darah yg mengalir?
Keringat darah yg mengasin?
Benarkah tuan?
Bahwa tuan adalah manusia.
Atau hanya anggapan?.
Dan cuma anggapan?..

Gedabrus keren dari mulut mulut

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian


Gedabrus keren dari mulut mulut : (1) pembuka

by Bhara Martilla Rully Ardian on Saturday, December 25, 2010 jam 2:47pm

rengek rengek minta
tawa tawa melupa
seorang pernah berbahagia
di sini; di jiwa hampa

nama itu ada
semenit lagi meraba
seorang kuli asa
cengeng oleh daya

kata; meminta
untuk; pada
bagi; dia
lalu; alpa

semenit sebelum tanya
mata air; air mata
ibu menangis mengiba
seorang pendamba tertawa

nyanyi nyanyi sua
meminta lapar; doa
melupa pembuka; daya
rapuh peluh; asa

seorang meminta kehidupan dari pemberi hidup: nestapa!
raga raga tak tahu diri: minta jaya pada satu kata?
ijinkan aku tertawa
sejenak saja: mendengarnya
dayu dayu suaranya
doa doa ingin jadi mantra mantra?

Gedabrus keren dari mulut mulut : (2) yang tanya nyata

by Bhara Martilla Rully Ardian on Jumat, December 31, 2010 jam 6:39pm

Mendikte awan, berharap hitam atau kadang putih. Hanya karna ingin. Supaya ingin menjadi termiliki. Lalu dan lalu kenyataan tetap kukuh sebagai ketidakpastian. Aku ulangi, mendikte awan lagi. Lalu kadang matahari kuingin terbit dari barat atau kadang kuanggap langit itu indah hanya karna bergambar senyumu.

Gedabrus keren dari mulut mulut : (3) yang harap bawah
by Bhara Martilla Rully Ardian on Saturday, January 1, 2011 jam 11:01pm
Jiwa terubah menjadi seekor anjing jinak yang menanti hujan di akhir tahun yang sepenuhnya hitam. Di dalam kebahagian hujan tak ditemuinya rasa bahwa hujan akan turun membasahi bulunya. Dalam gigil hatinya, hati hati gigil itu mengerang kencang. Di batas rasa yang tiada tertahan. Di ujung gang ketidakpastian. Anjing menunggu hujan, sangat sangat merindu tuk sekedar mendapati setetes air hujan jatuh di telapak tanganya. Tuk sekedar berujar: terimakasih karna rasa adalah segala. Padamu. Diketidakmampuanku. 31/12/10

Gedabrus keren dari mulut mulut : (4) pencarian part 1
by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, January 12, 2011 jam 1:27pm
Mencangkul ketidaktahuanku di pesta aneh tadi pagi. Aku berangkat berseragam wajar. Tepat di jam 7 di lantai dansa. Aku dapati kesendirian dalam tarianku. Jauh dalam jeritan kujumpai sepasang telinga mendamba melihat. Sebuah lampu minyak kuingin jadi matahari. Lalu abu abu itu jadi temaram. Pintu menjadi pintu pintu lalu terang seterang putih. Seorang bayi bertanya nurani pada alam. Rumput yang berdendang di pojok gang buntu itu berharap punya nabi. Lalu semua orang kuanggap sufi. Dan yang mengaku wali adalah sejenis ketamakan diri. Aku pergi berlayar, menuju hakikat kekasih kekasih yang seharusnya membajak di lumpur. Membasah kotor sedalam lutut. Lalu bernyanyi tanpa mengucap syukur. Tanpa makan nasi berbumbu emas emas ucap. Di tanah seharusnya yang terkasih menerima bunga dan do'a. Di tanah di jam 8 setelah pesta itu. Hati digergaji pikir menambat kata kata yang tak dari nya, tapi dariku dan dariKu.

Gedabrus keren dari mulut mulut : (4) pencarian part 2

by Bhara Martilla Rully Ardian on Jumat, January 14, 2011 jam 2:32pm

Anak itu bersepeda, beroda tiga. Mataku tajam pada detailnya. Kubacakan!, tiga roda. Senyum cemas ratap karna kau perintah menuju surga; menjadi umat.

Gedabrus keren dari mulut mulut : (5) dua
by Bhara Martilla Rully Ardian on Selasa, January 18, 2011 jam 2:40am
Kubuatkan segelas ragu pada tiap satu teguk air itu. Pilihan kuatur pada kanan dan kiri bibirmu. Lalu ketika ucap diawal kata manis itu ternyata sembilu, apa kau bersedia mengantarku pulang atau menggandengku maju?.

Gedabrus keren dari mulut mulut : (6) pencarian part 3 dan 4

by Bhara Martilla Rully Ardian on Selasa, January 18, 2011 jam 11:05pm
(4)

Amanah diri meranah pada duka tanya tanya. Aku mencoba kesekian kali. Aku minta tanya dan diberi tanya. Dan masih setelah keseribu tanya tentang daun itu aku tak mampu membenarkan warna daun itu hijau tua sebenarnya.


(5)

Hai kasih, siang ini aku rindu tak berakal. Setahuku kenapa adalah kelu yang lalu ngilu pada pilu piluku. Kesekian kali aku rindu bodoh. Kabulkan!.

Gedabrus keren dari mulut mulut : (7) kisah kisah (1)

by Bhara Martilla Rully Ardian on Kemis, January 20, 2011 jam 1:01pm

Berawal di Ni Luh Pasek yang terbuang atau di buang Sri Sagening kepada Kyai Jelantik Bogol. Di awal dongeng dongeng tentang Buleleng dan perkutut. I Gusti Gede Pasekan berbaur dengan pejalan bugis, menyatukan asmara di Singaraja. Kini aku menjemputmu di bawah Buleleng, mendandanimu sebagai surat beramplop merah muda lalu jingga. Ku tulis seolah ini tulismu; "aku nur Ni Luh Pasek, meninggalkanmu pada sesal sebesar Agung. Karna di kerajaan sukmaku berlumpur". Sekali lagi aku terbenam, menghidupkan mesin sepeda motorku. Aku bonceng surat itu kemana mana, mencari dukun dukun dan kyai kyai. Mencari jawab supaya ragu. Perkutut berdengkur di atas ranting, kutunggu di bawah buleleng dengan surat dan helm serta jaket hangat ini untukmu. Singaraja malam itu, langit kusuruh jingga. Lalu hijau tua, lalu dingin itu kunanti hingga hambar. Jalan ke rona itu sejengkal dari ikhtiar. Kutunggu. Masih.

Gedabrus keren dari mulut mulut : (8) kutemukan!

by Bhara Martilla Rully Ardian on Rèbo, January 26, 2011 jam 12:21am

Tanah itu tertiup ruh, jadi aku. Jadi!. Aku patung diam disebrang keangkuhan. Aku. Hanya aku yang tahu aku. Tak Kau, tidak kau. Aku suka segala yang nyinyir mendiam. Diam. Berdiam!. Lalu dan lalu oh lalu. Ku teriak lalu!, sekencang lalu menjadi lalu. Aku dipersimpangan menemukan. Ku temukan. Padamu yang membisu atau padanya yang membiru. Aku ingin dingin walau nyali masuk angin. Berjempalit pikir melipat sendi sendi himpit. Disana sini. Di mana mana. Semua otak otak tak menjelaskan apapun. Secuilpun. Aku patung patung angkuh yang lalu dan lalu mematung karna nyata nyata padamu aku terusir. Tergelincir. Membawaku naik turun gunung gunung dan lalu julang julang. Membeku. Jadi beku. Lagi. Kesekian kali.

Entahlah, kunci rumahku mungkin terbawa seseorang dan aku lupa memintanya kembali

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Sekarang aku ingin menerima segala jenis wanita di terasku. Bawalah gergaji, palu atau apapun untuk membuka kunci rumahku. Ketahuilah aku sudah lama tak mengenalkan ruang tamuku pada seseorang, apalagi kamarku. Bukan karna aku tak ingin. Tak, tidak. Entahlah, kunci pintu rumahku mungkin terbawa seseorang dan aku lupa memintanya kembali. Ya hingga akupun tak bisa masuk ke dalam. Tak bisa mengganti letak kursi, letak foto foto di dinding itu, letak jam jam dan waktu waktu itu juga tak dapat aku ganti. Tak juga aku bisa membersihkan ruang ruang itu dari debu debu kenangan. Tak, tidak pernah. Entahlah. Buka paksa saja kalu kau mampu. Karna aku pun sudah rindu rumahku. Ingin rasanya aku mengecatnya warna warni, melukisnya hingga wajah baru muncul. Lalu coret dinding itu dengan kenangan kenangan baru, lagi. Entah denganmu jika kau mampu membukanya. Mungkin. Aku tak tahu. Semoga. Dan ingatlah untuk cepat cepat mengganti kunci rumahku jika kau sudah menjadi penghuni ruangku. Yang kuat dan jangan pernah membawa kunci itu pergi bersamamu. Jangan pernah.

Beberapa Filsuf original Indonesia

1. Kanwa

Biodata Mpu Kanwa tidak didapatkan dalam naskah-naskah Kawi. hanya diketahui bahwa dia hidup pada jaman Raja Airlangga,yg memerintah 1019-1042 M di Jatim. Karyana adlh Arjunawiwaha.



Isi: Arjunawiwaha merupakan suatu lakon dlm epos Mahabrata (india) dimana Arjuna sdg bertapa di gunung Indrakila. Dia bertapa utk memperoleh kesktian dan senjata guna memenangkan Bharatayuda. Pd saat itu Dewata sdg diancam serangan oleh Niwatakaca. Batara Indra memilih Arjuna utk mlwn Niwatakaca. Batara Indra akan menguji keteguhan hati Arjuna dan tujuan tapa na. Di utuslah Dewi Supraba utk menggoda. Usaha ini gagal, Batara Indra sendiri turun ke dunia,menyamar sbg seorang Brahmana dan menanyakan tujuan Arjuna brtapa. Pada dialog ini diungkapkan pemikiran filsafat mengenai kesusilaan.



Batara Indra melihat bahwa Arjuna menyanding senjata busur-panah dan pedang,kemudian bertanya apakah seorg yg sedang bertapa untuk mencapai jalan kamoksan layak membawa senjatanya.

Arjuna menjawab bahwa tujuan tapanya bukanlah mencapai kamoksan,melainkan utk memenuhi dharma ksatria memproleh kesaktian dan senjata agar unggul dalam tugas peperangan dan melindungi rakyat.

Percobaan terakhir dilakukan oleh Batara Siwa yg menyamar sbg seorang pemburu. Pada saat itu Niwatakaca mengutus Murkha menjadi seekor babi hutan utk merusak pertapaan Indrakila. Arjuna kluar dari semedinya dan melepaskan panahnya, berbarengan dgn panah Batara Siwa yg juga mengenai babi hutan. Terjadilan pertengkaran namun Arjuna sudah tahu siapa yg dihadapinya dan menghaturkan sembah baktinya. Dlm dialog diungkapkan renungan filsafat ttg hidup (metafisika).



a. Metafisika.

Renungan ttg 'ada' diwujudkan dlm pribadi Dewa Siwa yg digambarkan sbg "sarining Paramatatwa (inti dr kebenaran trtinggi)". 'hana tanhana (ada--tiada)', "sang sangkanparaning sarat (asal dan tujuan alam semesta)",

"sakala-niskalatmaka (wujud lahir bathin)". Hubungan antara manusia dgn SIwa dinyatakan "wahyadhyatmika sembahing hulun (hubungan sembah lhir bathin atw exoteric-esoteric)".



b. Etika

Renungan ttg tata susila didapatkan dalam dialog Arjuna dan Batara Indra. Etika bukan merupakan refleksi teoritis semata, melainkan merupakan kelakuan baik sbg sarana utk mncapai kesempurnaan, yaitu menjalankan "dharma ksatria". Bilamana kewajiban ini senantiasa dilakukan dgn baik dia akan mencapai kamoksan juga...



Pengertian Sangkanparaning merupakan inti filsafat Nusantara. Fenomena hidup alam semesta bukannya dianggap diam statis, melainkan bergerak dinamis. Demikian pula mengenai manusia. ANtropologi filsafat bukanlah pertama2 menanyakan : apakah manusia itu? melainkan dari mana asal manusia dan kemana dia pergi. Eksistensi manusia ditinjau secara menyeluruh dulu dan baru kemudian ditinjau dari tujuan akhirnya.



2. Tantular.

Beliau hidup pada jaman Hayam WUruk (1350-1389 M)



karya: a. Sutasoma

b. Arjunawijaya



Isi: Sang Hyang Budha menitis kpd putra Prabu Mahaketu, raja Hastina yg brnama Raden Sutasoma. Stlh dws dia sgt rajin bribadah, cinta akan agama Budha (Mahayana). Dia tidak suka dikimpoikan dan dinobatkan menjadi raja. Pada suatu malam dia meloloskan diri dari negaranya, pintu2 trtutup membuka smuanya dgn sendirinya utk memberi jalan kpd na. Di dlm perjalanannya Sutasoma tb2 brhenti pada sbuah candi di tgh hutan dan mengadakan smedi. Kemudian meneruskan perjalannya mendaki gunung Himalaya diantarkan oleh bbrapa org pendeta. Mereka sampa kepada sebuah pertapaan. Di sini di ceritakan bahwa para petapa srg mendapat gangguan dr seorang raja, titisan raja raksasa, yg gemar bersantap daging org dan bernama Purusada. Kegemaran akan daging manusia semakin bertambah dan Purusada akhirnya menjadi raksasa penghuni hutan. Dia mendapat luka pada kakinya yg tdk kunjung sembuh.



Para pendeta meminta Sutasoma utk membunuhnya,tetapi dia menolak. Di dlm perjalanan strusnya dia brturut2 diserang oleh raksasa berkepala gajah dan seekor naga, yg k2nya dpt dikalahkannya. Ketika sampai pada suatu tebing ditemuinya seekor macan betina yg hendak makan anaknya sendiri. Sutasoma menawarkan diri utk menggantikan anak macan. Maka dihisaplah darahnya oleh si macan dan meninggallah Sutasoma. Namun stlh mlihat mayat Sutasoma trgeletak di tanah, macan itu menyesali perbuatannya dan menangis pada tlapak kaki mayat. Datanglah Batara Indra utk mnghidupkan kembali Sutasoma. Stlh kejadian ini Sutasoma brtapa dlm sbuah goa. Para dewa mencoba keteguhan tekad sang petapa dgn brbagai cobaan dan godaan, namun kmudian dia menjelma sbg BUdha Wairocana. Stlh pulih kembali menjadi Sutasoma, dia berniat plg ke Hastina. Di perjalanan dia berjumpa dgb balatentara Prau Purusada yg sdg dikejar oleh Prabu Dasabahu. Trnyata ratu ini msh saudara sepupnya sendiri dan dia diminta plg ke negerinya. Sutasoma kemudian dinikahkan dgn adik Prabu Dasabahu. Stlh perhelatan selesai dia mneruskan pulang ke Hastina dan dinobatkan sbg raja, bergelar Prabu Sutasoma.

Pada waktu itu raksasa Purusada, yg tlah brnazar akan mempersembahkan 100 raja utk santapan Batara Kala bilamana luka di kakinya dpt sembuh,tlah brhasil mnawan 99 raja. Utk mendapatkan seorang raja lgi dia mnyamar sbg pendeta tua dan dtg mengemis kpd Raja Widarba, yg kmudian dpt ditawanna. Kini ke 100 raja itu hendap dipersembahkan kpd Batara Kala namun ditolaknya. Btara Kala menghendaki daging Sutasoma. Sang Prabu bersedia menjadi santapan Batara Kala, asal para raja lainnya dibebaskan. Kerelaan ini sangat berkenan di hati Batara Kala dan bahkan Purusada pun menjadi terharu. DIa bertobat dan berjanji tdk akan makan daging manusia lgi.



Renungan FIlsafat.

a. Metafisika

Di dlm rnungan filsafat Nusantara, konsepsi mengenai "ada" bukanlah diperoleh dari penalaran rasio namun melalui pengalaman atw penghayatan bathin. Sesungguhnya semua pengetahuan pada dsr nya adlah "experimental knowledge" namu pengetahuan ini lbh ditekankan pada panca indra dan rasio lbh mudah dijadikan pengetahuan konseptual. Sbaliknya pengetahuan yg diperoleh melalui penghayatan batin, srg tdk dpt dinyatakan dgn kata dlm kalimat sistematis logis, mlainkan mlalui perumpamaan, simbolisme atw btk syair.. (ya ampir sm kek ungkapan wong jowo nggone semu)

Pada jaman Indonesia Hindu Sang Hyang Tunggal ini dipribadikan mnjadi Batara Siwa dan kemudian dalam kitab Sutasoma ini menjadi kesatuan Siwa-Budha, seperti trlukis dlam sbgian syair:



"Hyang Budha tanpahi Siwa Raja Dewa...

mangka Jinatwa lawan Siwatatwa tunggal,

bhineka tunggal ika

tanhana dharmma mangrwa"



"Sang Hyang Budha tiada beda dgn Sang Hyang SIwa, raja segala dewa.....

Karena hakekat Jina (Budha) dan Hakekay Siwa adalah satu.

Berbeda namun Esa

tiada kebenaran bermuka dua".



b. Etika

tat laku susila jg didasarkan atas dharma. Di dlam kitab Arjunawiwaha dharma diartikan sbg kewajiban seorang ksatria, sdgkan disini sbg kewajiban trhadap sesama makhluk, sesuai ajaran Budhisme Mahayana.



3. Yasadipura I (1729-1801 M)

Hidup pada jama Renaissance of Classical Javanese Literatur (Kebangkitan kembali kesusatraan Jawa Kuna)

Pada jaman berkembangnya renaissance ini ada dua tokoh Yasadipura yaitu ayah dan anak (Yasadipura II). Yasadipura II kmudian diberi gelar Sastranegara. Yasadipura II adalah kakek dari R.Ng Ranggawarsita. Karya2 Yasadipura I dan II sukar dibedakan karena anaknya srg menulis kembali karya2 ayahnya.



Karya: a. Dewa Ruci

b. Bratayuda, Ramayana, Mintaraga



Isi: Tokoh2 pandawa bersaudara, crita ini bermula ktika Durna memerintah Bima utk mencari "Tirta Pawitra", air hidup. Mula2 Bima disuruh mencarinyadi gunung Candradimuka. 2 raksasa menghadangnya di jalan, namun mreka dpt dbunuhnya dan trnyta mreka penjelmaan Batara Indra dan Batara Bayu. Namun Bima tdk menemukan tirta pawitra dan Bima kembali ke Guru Durna. Bima disuruh mencari di dlm pusat samudra. Para Kurawa mengharap dalam perjalan ini Bina akan menemui ajalnya. Mula2 Bima dihalang2i oleh seekor naga besar yg akhirnya dpt dibunuhnya. AKhirnya smpailah Bima ke t4 yg sunyi dan hening. Berjumpalah Bima dgn Dewa Ruci yg sudah mengetahui siapa buma dan apa tujuan na ke dasar samudra. Bima disuruh masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan disini memperoleh beraneka ragam dan akhirnya muncul wujud boneka gading. " Itulah hidup di dlm dirimu Bima" tutur Dewa Ruci. Bima telah mendapatkan apa yg dicari yait Tirta Pawitra atau air hidup. (isi crita disingkat krn mungkin bnyk yg sdh tahu ttg crita ini).



Renungan Filsafat:

Filsafat didlm serat Dewa Ruci ini adalah filsafat mistik (mystical phylosophy) yg diperoleh tidak melalui penalaran rasional, melainkan melalui penghayatan batin dgn jalan semedi. Di dlm kesadaran semedi manusia memperoleh pengetahuan penghayatan. Pengetahuan serat ini menggambarkan bahwa "aku" mengatasi kesadaran "aku", masuk ke dalam alam tak sadar dan bersatu dgn Sang Hyang Tunggal dan memperoleh pengetahuan dgn mlihat hakekat hidup sbg boneka. Tergambar disini proses transenden dari kesadara ego (panca indrawi) mnuju kesadaran Tunggal dan akhirnya mencapai kesadarn Ilahi atw alam semesta. Seluruh prosesini mnejadi experiental knowledge dan dituangkan ke dalam conceptual knowledge pada antropologi da epistemologi mistik.

Cerita ini bukanlah memberi penggambaran alam semesta melainkan menggambarkan penghayatan bathin, bukan trmasuk alam fisika namun alam psikologi. Bukan pula manusia harus branjak dari mitos ke logos atw dr tahap mitologi ke ontologi, melainkan mitos dan logos dpt hidup berdampingan..

di Jawa sndiri dikenal sbg Sangkan Paraning Dumadi.



4. Paku Buwana IV (1789-1820)



Karya: Wulangreh



Isi: Kitab Wulangreh ini ditujukan kpd kerabat raja. Paku Buwana IV memberi tata laku susila sehingga akhirnya manusia dpt menemukan inti sari Al-Qur'an brupa RASA JATI dgn kata2 "jroning Qur'an nggoning roso jati". Tata lku ini menjadi landasan utk memimpin negara dgn benar dan adil. Mula2 digambarkan bahwa org tdk blh mengandalkan diri sbg bangsawan dan ktrunan raja serta mengandalkan kemampuan pribadi.

Haruslah dihindari sifat-sifat :

1. Adigang : mengandalkan kepintaran seperti seekor rusa mengandalkan kemampuan larinya

2. Adigung : mengandalkan kekuatan jasmaninya, seperti gajah mengandalkan tbh besarnya

3. Adiguna : mengandalkan kekuatan jasmani rohaninya utk mengalahkan org lain, sprti ular mengandalkan bisanya.



Dgn meninggalkan sifat2 trcela ini, manusia kini mencari jln yg benar. Titik tolaknya adalah seorg raja atw pemimpin yg harus memimpin dan melindungi rakyatnya. Seorang pemimpin tdk blh memiliki "saudara, anak atw istri", dlm kata lain pemimpin hanya memiliki kebenaran dmn seseorang pemimpin tdklah boleh mendasarkan tindakannya atas hub kerabat, melainkan atas kebenaran dan keadilan semata.



Tata laku susila digambarkan sbg brikut:

Pertama2 manusia harus mmperhatikan kebutuhan jasmaninya, yaitu menghindari memanjakan bdn jasmaninya dgn mngurangi makan dan tidur, mngendalikan hawa nafsu dan keinginan2 yg slalu menggelora di dlm hatinya.

Kedua mengendalikan mulut, artinya mengawasi ucapan2 yg dpt menyakiti hati org lain.

Ketiga memupuk budi luhur dan mengambangkan sifat ksatria brupa :

a. Anteng jatmika ing budi = tenang dlm pikir dan laku

b. Luruh sastra = sopan dan hati2 dlm bicara

c. Wasis sembarang tanduk = mmpu menyelesaikan tgs dan kewajiban

d. Prawira ing batin = bijaksana dlm menilai.



Keempat menjalankan ibadat syari'at dgn tertib.

Kelima mengambil teladan dari para leluhur yg tlah membuktikan dapat mencapai pengetahuan agung berupa mengerti dan menghayati Manunggaling Kawula Gusti.



trlukis dalam sbgian bait.

"Sasmitaning ngaurip puniki

wrung ing rasa kang satuhu,

rasaning rasa punika,

upayanen darapon sampurneng diri, ing kauripnira."



"Tanda petunjuk yg diproleh dlm hidup ini

ditrima oleh rasa sejati

Usahakanlah kaumiliki rasa ini

agar kaucapai kesempurnaan hidupmu."



Ulasan: Etika serat ini bukanlah merupakan penalaran teoritis belaka Umumnya tulisan ttg kesusilaan merupakan etika praktis. Tata laku susila yg dilukiskan di dlm serat ini mrupakan persiapan dalam usaha manusia mencapai kesempurnaan dan pengetahuan trtinggi dgn Manunggalin Kawula Gusti melalui penghayatan isi Al-Qur'an sehingga dia dpt hidup dan memimpin secara benar dan adil.



5. Ranggawarsita (1802-1873 M)



Ranggawarsita adalah cucu dari Yasadipura II dan mrupakan pujangga ketiga dari turunan Yasadipura I. Waktu kecilnya bernama Bagus Burham dan sesudah diangkat menjadi pegawai kraton dianugrahi nama Ranggawarsita. Dia telah mnulis banyak karya antara lain : babad, filsafat keagamaan, ramalan, sejarah pewayangan dll.



Karya : a. Serat Wirid Hidayah Jati

b. Paramayoga, Pustaka Raja Purwa, Kalatidha, Saloka pari basa



Isi: Di dlm pndahuluan Wirid Hidayah Jati ini, Ranggawarsita mengatakan bahwa kitab ini berisi "Ngelmu Ma'rifat Kasampurnaning Ngaurip" yg menjadi ajaran para wali. Renungan2 filsafat brupa metafisika antara lain ontologi, kosmogoni dan antropologi, dan filsafat etika.



Metafisika berupa penyataan2 ttg "Ada", penciptaan Alam Semesta dan Manusia, di mana Ada Mutlak dan Pertama adalah Tuhan.

1. Ontologi

"Bahwa sesungguhnya tidak ada apa2, krn waktu msh hampa blm ada brg sesuatu, yg prtama2 Ada adalah kami; tidak ada Tuhan melainkan Kami, Hakekat Zat Yang Maha Suci, meliputi segala sifat Kami, memberitakan Nama Kami, mengisyaratkan Af'al (perbuatan) kami."



2. Kosmogoni

"Bahwa sesungguhnya Kami, Zat Yang Maha Kuasa itu berkuasa menciptakan brg sesuatum sesaat dpt trcipta dgn smpurna krn kodrat Kami, di situ sudah menjadi nyata pertanda af'al Kami sbg pembukaan iradat Kami; yg pertama-tama kami ciptakan adlh pohon (kayu) dinamakan SAJARATU'L YAQIN, tumbuh dalam alam adam makdum azali, kemudian CAHAYA dinamakan Nur Muhammad, kemudia CERMIN dinamakan Miratu'lkayai, kemudian Jiwa dinamakan Roh Ilahi, kemudian LAMPU dinamakan Kandhil, kemudia PERMATA dinamakan Darah, kemudian DINDING JALAL dinamakan Kijab, sbg tabir wajah Kami."



3. ANtropologi

"Sesungguhnya Manusia itu adalah rasa kami, dan kami adalah rasa manusia, karena Kami menciptakan Adam berasal dari 4 anasir kasar, tanah, api, angin, air yg menjadi perwujudan sifat Kami; kemudian di dalamnya Kami isikan 5 unsur halus nur, rasa, roh, nafsu, budi, ialah sbg tabir wajah Kami Yang Maha Suci."

"Kemudian Kami membangun3 Mahligai di dlm tubuh manusia;

a. Baital Makmur di dlm kepala

b. Baital Muharram di dlm dada

c. Baital Mukaddas di dlm alat kelamin.



Terciptalah manusia sempurna, ialah hakekat Sifat Kami."



Manusia selengkapnya mempnyai 7 unsur yaitu Khayu = hidup, Nur = cahaya, Sir = rasa, Roh = sukma, Nafsu = angkara, Akal = Budi, dan Jasad = badan.

Penciptaan manusia juga dsebut sbg "Sangkanparaning Tanazultarki" atw awal akhir dan turun serta naik kembali.

"Kami naik dr alam Insan Kamil, sampai di alam Ajsam, trus ke alam Misal, ke alam Arwah, ke alam Wakhidiyat, ke alam Wahdat, dan ke alam Akhdiyat, kemudian smpe lg di alam Insan Kamil".



Etika: etika dlm serat ini brupa etika praktis yaitu tata laku susila sbg sarana utk memungkinkan transformasi dari manusia biasa menjadi manusia sempurna dlm istilah mistik disebut sufi atw tasawuf. Titik tolaknya adlh eksistensi manusia dalam struktur jasmani-rohaninya. Plaksanaannya disebut "Tapaning Ngaurip"--bertapa dlm hidup.

1. Badan jasmani bersikap mnguasai diri

2. Budi bersikap menerima

3. Nafsu bersikap rela

4. Jiwa bersikap bersungguh hati

5. Rasa bersikap mampu berdiam dan berserah diri

6. Cahaya bersikap suci, bersih dan hening

7. Atma bersikap awas sadar.



Tata laku susila ini diteruskan dgn menjalan semedi yg dlm kitab Wirid Hidyat Jati ini disebut "Manekung".



Ulasan:

1. Mistik Islam, di Barat lbh dikenal dgn Sufisme, di Indonesia dikenal dgn Ilmu Suluk. Suluk brasal dr kata kerja Arab salaka yg brarti perjalanan. Eksistensi manusia dianggap sbg sdang dalam perjalan, darang dari asalnya dan kembali pada asalnya lagi yg diistilahkan SANGKAN-PARAN. Perkataan Ma'rifat di dlm ilmu ini diambil dari tngkat trakhir dalam perjalanan manusia menuju Tuhan yaitu Syari'at, Tariqat, Hakekat, dan Ma'rifat. Dpt kita lihat bnyk istilah diambil dari QUr'an dan Hadis antara lain ketujuh unsur kelengkapan manusia, dari hisup smpai bdn jasmani.



2. Meditasi tlah dilakukan oleh brbagai bangsa dan plaksanaan agama masing2. Walaupun dgn bnyk cara, namun konsep dasarnya adalah sama yaitu mempergunakan struktur jasmani-rohani manusia sbg alat transformasi menuju ke tingkat kemanusiaan dan keIlahian trtinggi.



6. Mangkunegara IV (1809-1881 M)



Karya: a. Wedhatama

b. Tripama



Isi: Mangkunegara IV bertujua memberi nasehat dan petunjuk kepada ahli warisnya utk memakai dan ttp mlaksanakan ilmu agama yg tlah turun temurun menjadi pegangan para kerabat kerajaan, yaitu "Agama ageming aji". Pokok nasehat adalah petunjuk tata laku susila di dlm msyarakt dan di dlm menjalankan ibadah, baik lahir atw batin sehingga mencapai kenyataan dan pengetahuan trtinggi yaitu ma'rifat.



Bab I menggambarkan tingkah laku anak muda yg brtindak angkuh krn mempnyai darah bangsawan dan mengandalkan cara ibadah lahiriah saja.



Bab II memberi tata laku kpd org muda dgm mengambil cth Panembahan Senopati. Manusia hrs dpt mngurangi keinginan naluri dasarnya yaitu mngurangi makan dan tidur serta gelora nafsu lainnya.



Bab III menegaskan bhwa utk mmperoleh ilmu kita harus mnjalankan tata laku susila dgn usaha pandai mengendalikan nafsu angkara murka. Sehingga dlm hidup sehari2 brsikap rela-trima-legawa.



Bab IV memerinci pnerapan 4 macam cara ibadah mnuju kesempurnaan diri, yaitu sembah raga, kalbu, jiwa dan rasa. Wedhatama sbnrnya brisikan hasil pengamatan empiris trhadap penghayatan hidup yg mmpunyai 3 dimensi yaitu kehidupan lahir, batin, dan khidupan alam gaib. Tata laku susila ditujukan trhadap k3 dimensi kehidupan itu, yg brpuncak pada penghayatan dan pengetahuan hakekat hidup dgn perjumpaan manusia dan Tuhan.



1. Kehidupan Lahir harus memenuhi kebthan khidupa bermasyarakat

a. Menegakkan hidup pribadi agar dpt mandiri

b. Trhadap sesama manusia harus bertindak mengutamakan kepentingan org lain .



2. Kehidupan Batin

Untuk menjalani hidup batin dgn baik, qt hrs mmpnyai ilmu, yaitu Ilmu Ma'rifat yg hanya dpt diperoleh dgn tata laku susila, ialah mengendalikan nafsu angkara murka. sprti ungkapan "Ngelmu iku kalakone kanthi laku", "Pangekesing dur angkara". Tujuan hidup batin ini adalah usaha "anggambuh mring Hyang WIsesa"



3. Khidupan Gaib.

Ada 4 tingkatan ibadah dlm serat ini

a. Sembah raga yaitu menjalankan syari'at dgn jasmani kita

b. Sembah Qalbu yaitu membersihkan diri dari keinginan2 hati

c. Sembah Jiwa yaitu mnguasai panca indra dan nafsu dgn semedi

d. Sembah rasa yaitu mengidupkan rasa jati dalam diri manusia.



serat ini brisikan pandangan filosofis religius..

Selanjutnya kita terbang ke Antartika, membawa matahari


-selanjutnya kita terbang ke Antartika, membawa matahari-

Menikmati secangkir teh Kamille panas di sebuah desa di perbukitan Andes, berasama seorang wanita Spanyol. Oh andaikata salju tak setebal abu yang menyelimuti Borobudur akhir akhir ini, mungkin nikmat karna lebih hangat. Tak seasing ini. Terlalu dingin. Kau tahu?, aku lebih suka membawamu menikmati Venesia di atas sebuah Pinisi usang. Hingga sungai sungai dan jembatan jembatan keindahan itu hancur terterjang. Tak tahu. Mungkin dengan begitu aku tahu kejujuran. Seperti menikmati teh olong seribu perak di tepi Malioboro dan kau tak menjadi wanita Spanyol yang terlalu wah. Aku lebih suka melihatmu berpakaian busana ke sawahmu. Penuh lumpur. Kesederhanaan menurutku adalah segala galanya di dirimu. Sudah begitu saja, tampakan dirimu seasli aslinya. Menjadilah anjing betina, tak perlu mandi atau berbaju ala pemudi Turki di Munchen. Aku tak bercumbu dengan itu. Lalu menyanyilah dengan fals, menarilah dengan seaneh mungkin. Setelah itu kita terbang ke Antartika, membawa matahari.

Yang rajin ditengok rakyat syair :

Tulisan