Kategori

Friday, October 12, 2018

Tuhan yang Memurah di Bulan Aktor Murahan

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian Tiba lagi pada sebuah hari disetiap yang tertentukan. Dalam beberapa jam yang menjadi kurun yang diharuskan. Di mulai di malam, surau begitu penuh. Nyaris ke jalan-jalan, di teras harapan-harapan pengampunan, Semua mendadak berlomba ber-Tuhan, mendekap, mendekat tanpa pernah tahu dimana. Riuh di jiwa, dikebutaan keberserahan. Tiada yang membenci lapar dan haus keesokannya, semuannya tak ingat alpa. Begitu bergembira dalam ritus-ritus. Khusuk dalam perintah. Hingga disetiap kumandang adzan, Ada begitu banyak kepuasan dan ketenangan. Iman yang berteriak lantang. Dilantangkan, Begitu dan mengulang hingga di akhir takbir kemenangan. Lalu, sejarah yang selalu begitu riang di ujung bulan, Yang terdekat, yang dekat dan menjauh atau yang benar-benar jauh karena hal-hal. Semuannya akan pulang, berebut opor dan kenangan-kenangan. Berlomba menjadi peminta maaf. Tuhan terlampau baik mensucikan bulan ini, membiarkan segala kepalsuan luruh dalam kepolosan. Aku lupa ini bulan apa, Saat Tuhan terlampau murah, Ketika aku, kamu, kita. Diperbolehkan untuk menjadi aktor yang sempurna. Pula digaji, diimbal, dimaafkan, dimuliakan. Tanpa ketegaan untuk dibangunkan untuk menjadi ingat, untuk menjadi malu. Judul : Tuhan yang Memurah di Bulan Aktor Murahan Depok, 3 juni 3017 Bhara Martilla, penggemar teks yang tak pernah keluar karena kesadaran kekurangan yang terlampau. Atau karena ketakutan pada kemalu-maluan.

Yang rajin ditengok rakyat syair :