Kategori

Monday, May 2, 2011

dia mati setelah warteg melambung bak bintang lima,salah siapakah?

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

dia mati setelah warteg melambung bak bintang lima,salah siapakah?
Kemis, February 18, 2010 jam 1:33pm

Dia pagi itu sperti biasa bersujud dan kemudian berikrar entah anda menyebutnya do'a atau harapan, terserah. Dia cium kening lima anaknya,eh enam sama yang masih diperut bininya, tak lupa dia melambai sebelum mlangkah yakin, atau entah anda menyebutnya optimis atau skedar memberi harapan palsu dibuta pagi kala itu. Tak lupa dia melangkah keluar rumah, hebatnya dia melangkah kaki kanan terlebih dahulu, hebat!!, entah apa anda menyebutnya, kebetulan atau direncanakan, tak usah disoal, dia bukan anda, langkahnya hanya warna hitam ditengah jelaga, tragis. Benaknya terus berpikir hebat pagi itu, celakanya dia tak punya arah, setelah PHK mencekik lehernya, ah dia hanya buruh, siapa dia bisa mengusik anda,cukup tebar pesona dan berakting cengeng selesailah sudah, dia hanya debu,menyesakkan memang jika banyak,ah tapi sekali tiup oleh otot otot penjagamu mampuslah dia, atau tak usah diapa apain juga paling mati sendiri dia mencekik lehernya. Dia terduduk dipinggir jalan, mempermainkan pikirnya,melamunkan asanya, ya beginilah nasib pemimpi, lahir jadi mimpi,tak pejam maka tak ada hidup. Perkenalkan dia adalah Sobirin, seorang pensiunan buruh oleh selembar kertas pecat, anaknya lima,jarak umurnya berdekatan sperti kisah tragis biasa bagi wong cilik, marah dengan negara dan melanggar sistem KB mungkin, haha itu pendapat saya, istrinya satu, Leha namanya, yang cuma bisa bunting, nangis, nyusuin, nangis, nyuci, tapi kebanyakan nangis dia ahlinya, anda sih nakal, semua istri anda suruh memutar otak dengan menaikkan harga kebutuhan hidup seenak udel anda. Cukup perkenalan tentang keluarga Sobirin, kita lanjutkan ceritanya. Setelah mentari muncul dan terang menggantikan gelap, Sobirin kemudian melangkah, dia lepas vantofelnya, kemejanya dia lipat juga, dia dapat ide dari TV buat ikutan jadi demonstran bayaran, mudah pikirnya, cuma modal teriak teriak, sekalian mukulin polisi kalau bisa. Berangkat dia dengan kening diikat tulisan "buruh malang lapar lalu mati group", membawa spanduk dan berteriak, walau kadang dia tak tau apa yang dia teriakkan selain kebencian pada negara. Sial tapi Sobirin, dia ditangkap, duit upah demonya disita, wajah babak belur, dendam membatu semakin keras, apes lah dia. Dengan gontai dia keluar polres berjalan melewati pertokoan sambil berharap mendapat kerja apapun juga, wah bagaimana dengan anda yang duduk di sofa empuk?? enaknya, liat tu Sobirin dewamu menari nari rin, memeras tanah saudaramu. Tak lama Sobirin lama menatap toko elektronik, seperti biasa dilihat dari pagarnya yang maximum security ini toko milik orang china dia bergumam, pantas saja bila kebakaran pada mampus kejebak dia pikir, tatapan matanya mengarah pada TV display yang menyiarkan berita berita nasional. Tarif tol naik, listrik ikut, lalu air, beras, sembako, pecun, bayi, wanita, naik naik naik!!, hanya keadilan dan moral yang turun, berita kelaparan dimana mana, kasus korupsi, pembunuhan, penipuan, pencurian, ah semuanya efek pemanasan ekonomi, global mlaratming!! tapi anda optimis saja, seperti kata anda, percaya rakyat mampu bersaing, kita bangsa besar, mari bersatu untuk maju!, ah tapi saya pikir Sobirin sudah lupa dengan kampanye Anda, mungkin hanya dua potong kaus dan satu bendera parpol anda yang kini dia jadikan pembungkus bantal yang tersisa, ah janji, lagi lagi menguap. Gontai Sobirin berjalan lagi, lalu dia berpikir untuk mencuri atau mencopet, tapi hatinya berontak, dia takut di cap jalang oleh orang pintar di agamanya, lalu dia berusaha melupa. Sesampai di pasar dia kerja serabutan, kuli angkut, tukang bersih sampai mijitin juraganya dia lakukan, hebatnya Sobirin memperoleh 21 ribu, 21 itu angka perek dia membatin, apes benar dia berguman. Sudah magrib, dia branjak pulang. Sesampainya di depan pasar dia ingat anak sulungnya pingin sama nasi campur, seminggu anaknya mimpi untuk bisa memakanya, ah cerita tragis biasa dalam rumah tangga kaum mlarat, kesulitan air tapi anda minum Perier, mandi di kali sekalian beraknya tapi anda berendam di jakuzi, putus sekolah walau anda gembar gembor APBN berpihak pada pendidikan,ahhh… dan masalah lain yang sangat amat sangat sangat banyak. Sesampainya di warteg dia memesan satu porsi pakai lauk telur ayam banyak tepung goreng bungkus sekalian sama nasi dan sayurnya, Sobirin menunggu dengan antusias dan berseri seri membayangkan keceriaan wajah anaknya nanti,sudah lalu dia bertanya, "berapa buk nasinya??", di jawa oleh penjual, "12ribu pak!", sobirin tak menjawab, "12 ribu pak!", Sobirin tak menjawab.

No comments:

Post a Comment

Yang rajin ditengok rakyat syair :