Kategori

Sajak (43) Syair Rakyat (20) Status FB (17) Puisi Aneh (12) Bau Cinta (8) Puisi Pelit (8) Cerpen (4) Esai (3) Perpustakakakakan (1)
Showing posts with label Bau Cinta. Show all posts
Showing posts with label Bau Cinta. Show all posts

Wednesday, May 4, 2011

Masa itu,hanya itu: suasana mencengangkan.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian
June 27, 2009 jam 11:52am

Di sana, di tempat itu kasihku.
Hanya kau, aku, meja bundar, sepasang kursi it dan cengkrama kita yg mempesona.
Hanya kita dan dunia kita.
Hanya mimpi dan hidup yangg coba kita tata.
Senyummu memecah keras hatiku.
Saat itu diberanda itu.
Kau meniti lamunanku memecah keanggunanmu.
Kau tampak memukau saat itu kasihku.
Dgn ketulusan terpancar dari matamu.
Kejujuran yang tak dibuat buat.
Obrolan sederhana yang selalu kutunggu.
Di beranda itu kasihku.
Kusematkan brjuta harap padamu.
Kulabuhkan beribu keajaiban di pelukmu.
Saat iut kasihku,
hanya kau, aku dan suasana yang selalu ku tunggu.
Selalu kunanti walau hanya harapku.

Aku ingat betul saat itu

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian
Jumat, June 26, 2009 jam 11:57pm

Aku ingat betul saat itu.
Dimana kau belai wajahku.
Kau rapikan tatanan rambutku.

Sore itu manisku,
di sebuah tempat yang tak terlalu indah.
Ku terbaring di lamunanmu,
menatap langit sore yang merah.

Hanya dengnamu, berdua...
Waktu seakan berlalu dengan nyamanya,
indah manisku..

Kita bicarakan hal-hal baru,
masalah melancholic,
begitu indah, sinergi yang mencengangkan.

Akan kah kau masih mau manisku,,
membelaiku lagi,
membiarkan ku tidur di pangkuanmu,
membicarakan masalah kita lagi,

Monday, May 2, 2011

Untuk wanita muda

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Untuk wanita muda
Rèbo, November 17, 2010 jam 10:20pm

Untuk wanita muda,
jangan suka tertipu daya,
pada rasa,
pada kata,
pada semuanya,
jangan melayani,
nanti,
pastikan nanti,
setelah kau tersebut istri,
aku tanya mengapa?,
untuk apa?,
supaya apa?.

Hai nona

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Hai nona
Jumat, November 12, 2010 jam 2:54pm

Hai nona,
keluarkan suatu pertanda,
sedikit saja,
semacam getar sinyal sinyal,
supaya memaksamu hadir di khayal,

hai nona,
jangan tersenyum di sebrang sana,
mata mata malu jua,
ah mengandung mantra mantra,
oh tidak tak kuat ak tanpa kacamata,
raut raut menggoda,

hai nona,
andaikata rasa,
suap suap meraba,
pada kata,
susun kususun sembari mendamba,
ah malu,
oh ngilu,

hai nona,
sebatas terpesona,
saja,
lalu berlalu,
menunggu kau kau,
selanjut lanjutnya,
lagi begitu laginya.

Kekasih?

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian
on Jumat, April 8, 2011 jam 2:40am

Kau boleh mencintaiku, cari aku di kesombonganku, sujudku nanti saja, tunggu aku murahan dulu!. Skarang jauh masih, aku tak mencariMu. Cari saja aku. Kutunggu. Aku tak takut, rayu aku sbagai kekasihMu. Aku tunggu di ketulusanMu. Aku bukan murahan. Tak senggama hanya karna mabuk ganjaranMu. Bila Kau letih, aku tertawa sekali lagi. Silahkan sakit hati. Kutunggu!

Thursday, April 28, 2011

cinta oh cinta, pemerkosa!

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

cinta oh cinta, pemerkosa!
Senèn, April 11, 2011 jam 5:51am

ahh nggak ada yang menarik..

politikus bicara ngawur,

rakyat ngalor ngidul!



goyang dangdut tetap pinggiran,

DPR bangun gedung sialan.

ajaran saling disesatin,



ciu melambung,

rakyat nggak boleh mabok

cuma boleh mimpi,

kucing dikebiri!



penyair rebutan puitis,

Tuhan disono sini

umat bingung jadi autis

ustad poligami!



ahh nggak ada yang menarik..

aparat bicara kotorr,

artis bikin vidio kuda kudaanl!



negara ane bingung,

rebutan payudara lonte,

gue bingung tiap hari ade yang dimatiin!



cinta oh cinta,

sumber sodomi,

pemerkosa!



luka oh luka,

ane tikam,

pecinta!

Lekas, selagi saya di ranjang cinta.

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Lekas, selagi saya di ranjang cinta.
Selasa, April 19, 2011 jam 10:52pm

Saya putuskan jadi tuli, lalu buta, lalu bisu. Otak saya lumpuh. Rasa mengamputasi temaram. Di dada anak negeri terbiasa merintih. Di sembilu. Di cinta. Saya bayi nakal, yang jalang. Sosial membuat saya beridiologi. Memaksa beragama batu. Kanvas itu diam, terlukis kepincangan. Botol molotov berisi bunga. Saya terbiasa melihat yang berkuasa menampar wajah rakyatnya dengan tangan kanan dan lalu meminta maaf dengan tangan kiri. Teroris, tolong ledakan payudaranya karena haram. Biar saya mati karena tak bisa menyusu, tak bisa onani. Lekas, selagi saya tak berdaya telanjang di ranjang cinta.

Monday, April 11, 2011

Entahlah, kunci rumahku mungkin terbawa seseorang dan aku lupa memintanya kembali

oleh : Bhara Martilla Rully Ardian

Sekarang aku ingin menerima segala jenis wanita di terasku. Bawalah gergaji, palu atau apapun untuk membuka kunci rumahku. Ketahuilah aku sudah lama tak mengenalkan ruang tamuku pada seseorang, apalagi kamarku. Bukan karna aku tak ingin. Tak, tidak. Entahlah, kunci pintu rumahku mungkin terbawa seseorang dan aku lupa memintanya kembali. Ya hingga akupun tak bisa masuk ke dalam. Tak bisa mengganti letak kursi, letak foto foto di dinding itu, letak jam jam dan waktu waktu itu juga tak dapat aku ganti. Tak juga aku bisa membersihkan ruang ruang itu dari debu debu kenangan. Tak, tidak pernah. Entahlah. Buka paksa saja kalu kau mampu. Karna aku pun sudah rindu rumahku. Ingin rasanya aku mengecatnya warna warni, melukisnya hingga wajah baru muncul. Lalu coret dinding itu dengan kenangan kenangan baru, lagi. Entah denganmu jika kau mampu membukanya. Mungkin. Aku tak tahu. Semoga. Dan ingatlah untuk cepat cepat mengganti kunci rumahku jika kau sudah menjadi penghuni ruangku. Yang kuat dan jangan pernah membawa kunci itu pergi bersamamu. Jangan pernah.

Yang rajin ditengok rakyat syair :